Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem, menyampaikan kekhawatirannya terkait bencana alam yang menerjang Aceh beberapa saat lalu. Mualem khawatir banyak warganya yang meninggal dunia karena kelaparan di daerah terisolir.
“Kondisi pengungsi sangat membimbangkan (mengkhawatirkan), mereka mati bukan karena banjir, tapi mati karena kelaparan, itu saja,” kata Mualem kepada wartawan, Sabtu (6/12).
Dia mengatakan Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, dan sebagian Bireuen menjadi daerah terparah terdampak banjir. Saat ini paling dibutuhkan pasokan sembako dan air bersih.
“Masyarakat sangat membutuhkan sembako terutama di pedalaman belum terjamah,” jelasnya.
Ketua Umum Partai Aceh itu menyebutkan penyaluran bantuan ke daerah pedalaman sangat sulit karena tidak ada akses darat. Logistik untuk pengungsi harus dipasok menggunakan perahu karet.
Dia meminta semua pihak termasuk kepala desa supaya proaktif agar bantuan dapat tersalurkan. Selain itu, fasilitas umum juga banyak hancur.
Dia juga sudah mengunjungi sejumlah daerah terdampak banjir di wilayah timur dan tengah. Berdasarkan pantauannya, bencana yang terjadi pekan lalu seperti tsunami melanda 21 tahun silam.
“Saya pribadi melihat banjir dan longsor ini adalah tsunami kedua,” ujarnya.
Banyak Kampung dan Kecamatan Tinggal Nama
Selain itu, Mualem juga menyampaikan kerisauannya terkait sejumlah desa di Aceh yang hilang disapu banjir parah pekan lalu. Kampung yang hancur itu tersebar di beberapa daerah.
“Banyak kampung dan kecamatan yang tinggal nama sekarang. Jadi mereka sudah banyak korban,” kata Mualem kepada wartawan, dilansir detikSumut, Sabtu (6/12).
Mualem sedih melihat empat daerah terparah. Ia menyebut lebih banyak korban jiwa di empat daerah itu.
“Weuh hate (sedih sekali) dan juga dengan rasa waswas kalau kita lihat beberapa kabupaten urgen sekali, parah sekali, lebih banyak korban jiwa,” jelas Mualem.
“Terutama sekali di empat kabupaten. Itu Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, dan sebagian Bireuen, itu yang paling kita sesali lah. Tapi apa boleh buat, itu bencana alam. Setiap bencana ada hikmahnya,” lanjutnya.
Menurutnya, di beberapa daerah banyak rumah warga hancur hingga hilang disapu banjir. Sementara itu, di Aceh Tamiang, kondisinya disebut sangat-sangat parah.
“Aceh Tamiang hancur habis, atas sampai bawah sampai jalan sampai ke laut habis semuanya. Yang paling terpuruk adalah Aceh Tamiang,” ujar Mualem.
Halaman 2 dari 2
(maa/fas)















