Jakarta –
The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) akan menerbitkan daftar spesies terancam punah. Sebanyak 46 ribu spesies terancam punah.
Dilansir dari Asahi Shimbun pada Rabu (30/10/2024), organisasi yang berkantor pusat di Swiss ini telah merevisi daftar merah spesies satwa liar yang terancam punah, bertepatan dengan Konvensi Keanekaragaman Hayati yang diselenggarakan di Cali, Kolombia.
Menurut versi terbaru daftar tersebut, sekitar 46.000 dari 166.000 spesies menghadapi bahaya kepunahan.
Di antaranya adalah burung sandpiper berparuh lebar, burung migrasi yang berkembang biak di Siberia timur laut dan mengunjungi Jepang.
Burung-burung ini sebelumnya diklasifikasikan sebagai spesies yang “tidak terlalu mengkhawatirkan”, tetapi sekarang telah dinilai sebagai “rentan”, status paling kritis ketiga bagi spesies yang terancam punah.
Hal ini karena populasinya diperkirakan telah menurun lebih dari 30 persen selama tiga generasi terakhir, dalam rentang waktu 13 tahun.
Perkembangan wilayah pesisir sebagai tempat berkembang biak, tempat persinggahan migrasi, dan habitat musim dingin, bersama dengan penyebaran spesies tanaman non-asli invasif yang merusak dataran pasang surut, menimbulkan ancaman bagi spesies tersebut.
Spesies lain adalah kerang raksasa yang hidup di dasar laut terumbu karang Pasifik. Status keran telah meningkat dari “rentan” menjadi “sangat terancam punah” alias satu langkah lagi menuju kepunahan di alam liar.
Kerang raksasa muncul dalam permainan Nintendo populer “Animal Crossing: New Horizons,” dengan cangkang yang berukuran lebih dari satu meter. Penangkapan ikan yang berlebihan telah mengancam spesies tersebut.
Selanjutnya adalah Hippocampus haema atau dikenal sebagai “Himetatsu” dalam bahasa Jepang. Mereka adalah spesies kuda laut yang baru diidentifikasi pada tahun 2017.
Mereka ditemukan di perairan Jepang dan Korea Selatan, dan dinilai untuk pertama kalinya serta diklasifikasikan dengan status “rentan” pada Daftar Merah yang diperbarui.
Daftar Merah melaporkan bahwa habitat lamun dan rumput laut mereka menurun karena reklamasi lahan dan polusi laut.
Himetatsu dikenal tinggal di perairan lepas pantai Minamata di Prefektur Kumamoto, yang telah pulih dari kontaminasi merkuri organik. Kota ini menggunakan Himetatsu pada logonya untuk mengiklankan perairannya yang telah dipulihkan.
Sebuah fasilitas kelautan yang diberi nama Himetatsu juga dibuka di kota ini pada musim panas ini, tempat diadakannya berbagai acara untuk mengamati spesies kuda laut.
Beberapa terumbu karang di lepas pantai Jepang juga telah ditambahkan ke dalam daftar merah.
The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memperkirakan bahwa ketika suhu naik dua derajat di atas tingkat sebelum revolusi industri, 99 persen terumbu karang akan mati.
Di sisi lain, burung pelatuk Pryer, yang ditemukan di pulau utama Okinawa, telah diturunkan satu tingkat, dari “sangat terancam punah” menjadi “terancam punah”.
Jumlah spesies tersebut telah menurun karena rusaknya habitat hutan mereka. Namun, karena hutan Yambaru ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 2016, dan juga sebagai situs Warisan Dunia Alam UNESCO pada tahun 2021, IUCN yakin bahwa penggundulan hutan tidak mungkin terjadi lagi.
(bnl/fem)