Jakarta –
Di tengah gempuran film horor, jarang sekali muncul film-film berlatarkan sejarah Indonesia yang bisa disaksikan di bioskop. Kini Golden Pictures mengumumkan proyek terbarunya bertajuk 8 Warriors, Cinta dan Tanah Air yang berlatarkan kisah perang 10 November 1945.
Bisa dikatakan film ini adalah versi paling mewakili Arek-Arek Suroboyo yang begitu gagah berani mengorbankan nyawanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru saja diraih. Bangsa Asing menyebut perang tersebut adalah salah satu tragedi paling kelam yang pernah terjadi di dunia.
Perjuangan rakyat Surabaya bagaikan gelombang besar tanpa henti yang terus melawan tentara sekutu hingga menelan puluhan ribu korban jiwa dan berhasil menewaskan para petinggi musuh. Film ini dipercayakan pada duo sutradara Jaya Tamalaki & Djo Arko untuk membuatnya agar terlihat epik.
“Film 8 Warriors ini memiliki tingkat kesulitan tinggi yang harus disikapi dengan serius. Seperti menghadirkan kembali environment kota Surabaya pada masa lampau berikut suasana perang besarnya yang dilakoni oleh ribuan orang baik di darat, laut, maupun udara. Tantangan berat ini, perlu konsep matang yang dipastikan akan memaduan teknis real shot dengan tehnologi visual modern atau yang populer disebut dengan CGI (Computer Generated Imagery). Saya percaya pada team kami, akan mampu merealisasikan film mendekati suasana aslinya,” ujar Djo Arko.
Film ini pun kabarnya menghabiskan dana cukup besar untuk membuatnya senyata mungkin. Bahkan sang produser, Reyniel Fero, berani sesumbar jika proyek tersebut berbeda dengan film-film bergenre sejenis yang pernah diproduksi di Indonesia.
“Benar, projek yang sedang kami realisasikan ini bukan film biasa seperti yang pernah dibuat sebelumnya di dalam negeri. Tentu secara otomatis membutuhkan biaya yang memadai sesuai konsep besarnya. Tetapi kita kesampingkan dulu soal besar kecilnya biaya, yang penting target skala prioritas kami adalah hasil dari film ini mampu bermanfaat besar, terutama bagi para generasi bangsa. Kemudian persoalan nilai komersial, pasti akan mengikuti jika semua berjalan dengan baik,” ucapnya optimis.
“Untuk membangun lokasi (syuting), setidaknya kami membutuhkan lahan kurang lebih seluas 15 hektar. Keputusan itu harus kami buat, karena titik-titik lokasi yang asli sudah berubah total sehingga tidak memenuhi syarat lagi sebagai lokasi shooting,” ungkap Anton Firmansyah yang juga menjadi Produser film tersebut.
Penggarapan naskahnya pun dilakukan dengan matang melalui diskusi bersama para sejarawan, budayawan serta tokoh nasional. Setelah melakukan berbagai lawatan dan berdiskusi dengan beberapa tokoh nasional, sejarawahwan, budayawan, akademisi, dan pihak terkait lainnya, film 8 Warriors Cinta dan Tanah Air mendapat respon positif dan antusiasme dari semua kalangan.
Termasuk dukungan besar dari Prabowo Subianto ketika menerima kunjungan team produksi di Hambalang minggu lalu. Hal tersebut membuat team Golden Picture makin percaya diri untuk mewujudkan projek kebangsaan ini secara maksimal.
“Untuk diingat, tanpa perang 10 November 45, sejarah bangsa Indonesia akan menjadi lain. Banyak yang tidak menyadari akan hakikat itu, maka bagaimana pun juga film ini harus kami buat dan bisa memberi warna baru bagi industri perfilman tanah air”, tutup Jaya Tamalaki.
Simak Video “10 Film Indonesia Terlaris 2023“
[Gambas:Video 20detik]
(ass/nu2)