Jakarta –
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memastikan, penjualan motor di Tanah Air mengalami kenaikan saat kondisi ekonomi sedang tak baik-baik saja. Harapannya, angkanya bisa mencapai target hingga akhir tahun.
Ketua Umum AISI, Johannes Loman membenarkan, kondisi ekonomi di Indonesia akhir-akhir ini sedang tak mudah. Namun, hal tersebut tak mempengaruhi penjualan motor yang justru mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu.
“Hingga Agustus tahun ini, pasar sepeda motor di Indonesia tumbuh 3,1 persen. Tahun ini, penjualan year on year (YoY) sampai 4,34 juta di tengah kondisi ekonomi yang sedang tak mudah,” ujar Johannes Loman di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
“Hal ini menunjukkan sepeda motor menjadi moda transportasi efisien dan terjangkau untuk masyarakat. Selain itu juga adanya dukungan perusahaan pembiayaan yang andal dan sehat,” tambahnya.
Menurut AISI, penjualan motor mengalami kenaikan 3,1 persen tahun ini dibandingkan tahun lalu. Foto: Doc. AHM.
|
Loman berharap, dengan adanya pameran khusus roda dua bertajuk Indonesia Motorcycles Show atau IMOS 2024, penjualan motor terus melesat ke level tertinggi. Sebab, pihaknya telah memasang target hingga 6,3-6,4 juta unit hingga akhir tahun.
“Kami berharap, pameran ini bisa memberikan kontribusi dengan meningkatkan penjualan sepeda motor. Sehingga, target AISI yang 6,35 juta sampai 6,45 juta unit setahun bisa tercapai,” kata dia.
Disitat dari laman resmi AISI, penjualan motor tahun ini sudah mencapai 4.343.781 unit hingga bulan Agustus. Itu tandanya, perusahaan roda dua hanya perlu menjual 2 juta unit dalam kurun waktu empat bulan untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Target 6,35 jutaan unit setahun sebenarnya hanya naik sedikit dibandingkan tahun lalu. Sebab, penjualan motor pada 2023 finis di angka 6,23 juta unit.
Kenaikan itu dilihat secara year on year. Tapi dari Juli ke Agustus terjadi penurunan sampai 4 persen.
Berdasarkan podcast ‘Tolak Miskin: Sinyal Deflasi Indikasi Ekonomi RI Kurang Darah’ bersama Ekonom Senior INDEF Tauhid Ahmad
Usut punya usut, ada beberapa indikator yang menunjukkan ekonomi Indonesia sedang lesu atau tidak baik-baik saja, yakni terjadi penurunan daya beli . Hal ini dapat terlihat dari berbagai indikator seperti deflasi atau penurunan harga produk pangan pokok, penurunan pembelian semen nasional, hingga penurunan pengajuan kredit.
Tauhid menilai penurunan penjualan kendaraan roda dua atau sepeda motor menjadi tanda lain melemahnya daya beli masyarakat.
Sebab kondisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat menahan pembelian kebutuhan lain di luar kebutuhan pokok, seperti sepeda motor.
“Penjualan roda dua itu juga mengalami penurunan. Indikatornya misalnya untuk roda dua di bulan Agustus (2024) itu -4,1% dibandingkan dengan Juli (2024),” terangnya.
Lebih lanjut, Tauhid mengatakan penurunan daya beli masyarakat juga terlihat dari sektor keuangan, terutama pengajuan kredit. Sebab indikator ini secara langsung menunjukkan keinginan masyarakat untuk berbelanja.
“Penurunan kredit itu di Agustus itu persentasenya minus 0,09. Bahkan year on year-nya kreditnya itu turun di Agustus tuh 11,4%, pada di Juli itu 12,4%, jadi laju kreditnya memang turun,”
“itu menunjukkan dari sisi demand, terutama daya beli di bulan ini memang terkontraksi sehingga terjadi deflasi selama beberapa bulan,” tambahnya.
(sfn/riar)