Jakarta –
Pemerintah Yunani telah mengumumkan status darurat selama satu bulan hingga 3 Maret mendatang. Setelah serangkaian gempa bumi yang menyebabkan ribuan orang meninggalkan Pulau Santorini.
Sejak 31 Januari, sejumlah gempa bawah laut telah tercatat antara Santorini dan pulau-pulau tetangga seperti Amorgos, Anafi, dan Ios. Gempa dengan kekuatan terbesar, 5,2 skala Richter, terjadi pada malam Rabu.
Dikutip dari Daily Mail, Jumat (7/2/2025) pada Kamis malam, gempa berikutnya berkekuatan 4,6 skala Richter tercatat pada pukul 20:16 waktu setempat, diikuti oleh gempa berkekuatan 4,2 skala Richter sekitar dua jam kemudian.
Getaran yang terus-menerus itu menyebabkan ketakutan di kalangan penduduk dan wisatawan. Pihak berwenang pun menutup sekolah, menutup kota-kota di puncak tebing, serta mengingatkan adanya potensi tanah longsor.
Warga diminta untuk menjauh dari pelabuhan dan menghindari berkumpul di dalam ruangan, sementara tim darurat yang terdiri dari tentara, pemadam kebakaran, dan polisi telah dikerahkan di seluruh pulau.
Keadaan darurat itu akan berlaku hingga 3 Maret mendatang untuk memungkinkan Kementerian Krisis Iklim dan Perlindungan Sipil Yunani mengoordinasikan respons terhadap aktivitas seismik yang terus berlangsung. Lebih dari 11.000 orang telah meninggalkan Santorini karena gempa yang masih terus mengguncang pulau tersebut.
Para ahli mengungkapkan bahwa Santorini tengah menghadapi krisis seismik tanpa ada tanda-tanda akan segera berakhir, yang menambah kekhawatiran akan gempa yang lebih besar.
Meski gempa pada Kamis belum sekuat gempa Rabu yang berkekuatan 5,2 skala Richter, pihak berwenang tetap waspada terhadap potensi terjadinya tanah longsor dan gempa susulan. Sampai saat ini, belum ada laporan korban atau kerusakan signifikan, tetapi tim darurat sudah bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
Beberapa warga bahkan mengambil tindakan sendiri dengan membangun benteng pertahanan darurat menggunakan karung pasir di sepanjang pantai Monolithos, yang terletak dekat dengan laut.
Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, mengimbau warga untuk tetap tenang dan meyakinkan mereka bahwa pihak berwenang siap merespons.
“Semua rencana tanggap darurat telah dilaksanakan. Pasukan telah dikerahkan ke Santorini dan pulau-pulau sekitarnya agar siap menghadapi segala kemungkinan,” ujarnya.
Seismolog menjelaskan bahwa gempa tersebut disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik, bukan aktivitas vulkanik. Meskipun Santorini berada di dalam Busur Vulkanik Hellenic yang merupakan rangkaian pulau yang terbentuk akibat letusan gunung berapi purba.
Yunani memang dikenal sebagai negara yang rawan gempa, namun seismolog mencatat bahwa tingkat aktivitas gempa saat ini sangat luar biasa dan dapat berlanjut selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Meskipun ada peringatan, para ahli menegaskan bahwa gempa-gempa ini tidak ada hubungannya dengan aktivitas gunung berapi di daerah tersebut. Namun, mereka tidak dapat mengesampingkan kemungkinan terjadinya gempa yang lebih kuat.
Seismolog dari Observatorium Nasional Athena, Vassilis K. Karastathis, mengatakan bahwa meskipun gempa ini terjadi di bawah laut, kerusakan besar lebih kecil kemungkinannya dibandingkan dengan gempa di daratan.
Pekan ini, seismolog terkemuka Yunani, Gerasimos Papadopoulos, mengingatkan bahwa serangkaian gempa ini, yang terlihat pada peta seismik sebagai gugusan titik yang tumbuh antara Santorini, Ios, Amorgos, dan Anafi, bisa jadi menandakan adanya peristiwa gempa yang lebih besar.
Salah satu penduduk Santorini, Michalis Gerontakis, mengungkapkan kecemasannya karena gemap terjadi begitu sering.
“Saya belum pernah merasakan gempa seperti ini sebelumnya, dan sering. Gempa datang setiap 10 hingga 20 menit. Semua orang cemas meskipun beberapa dari kami berusaha menyembunyikannya agar tidak menimbulkan kepanikan.”
Sementara itu, ponsel warga terus berbunyi dengan peringatan mengenai potensi tanah longsor. Beberapa gempa juga menyebabkan suara gemuruh yang keras.
(upd/upd)