Jakarta –
Maverick Vinales mengenang masa-masa kurang asyik di Yamaha. Menurut Top Gun, Yamaha kerap mengabaikan permintaannya.
Rider Spanyol itu menghabiskan lima setengah tahun bersama Yamaha sebelum hengkang di tengah musim 2021. Padahal, kontrak Vinales seharusnya baru akan habis pada akhir MotoGP 2022.
Vinales dan Yamaha memulai hubungan pada 2017. Kala itu Vinales pindah dari Suzuki. Awalnya dia merasa nyetel dengan motor Yamaha. Apalagi tim tersebut punya satu tujuan, yakni menjadi juara dunia.
“Saya ingat saat bergabung Yamaha, saya masuk sebagai sebuah misil. Dengan ide yang jelas dan tujuan yang sangat jelas dan itulah satu-satunya hal yang saya minta kepada Yamaha: ‘Saya ingin menjadi juara dunia, saya tidak tertarik pada hal lain.’ Saat pertama kali melakukannya, saya langsung jatuh cinta. Rasanya seperti ketika sesuatu baru saja terjadi pada saya, semuanya menjadi begitu mudah. Saya belum pernah mengendarai sepeda motor sebaik ini,” kenang Vinales dikutip dari Marca, Minggu (15/12/2024).
“Jangan pernah menyentuhnya. Itu adalah sepeda motor yang ditinggalkan Jorge (Lorenzo). Saya berkata: Bawakan saya sepeda motor ini ke Qatar, dengan ini saya akan memenangkan Kejuaraan Dunia,” kata Vinales.
Dua tahun berseragam Yamaha, tepatnya 2018, Vinales mulai merasa aneh dengan cara kerja Yamaha. Vinales merasa permintaannya tidak didengar.
“Kita memasuki tahun 2018 dan saya berkata: ‘Saya ingin motor 2016, jangan bawakan saya apa-apa lagi.’ Di Jerez saya melakukan tes dengan motor 2016, yang dikendarai Zarco, dan itu lebih cepat setengah detik. Saya mengatakan kepada mereka: ‘Saya, Anda lihat saya tidak salah, itu saja?’ Mereka berkata: ‘Ya, ya’, tetapi kami tiba di tes Sepang dan motor baru lainnya dan motor 2018 tidak cocok untuk saya. Saya sama sekali tidak menyukainya. Saya berkata ini akan menjadi sangat sulit,” terang dia.
“Kita memasuki tahun 2019 dan nampaknya mereka telah memetik pelajaran. Márquez dan Honda sangat kuat, namun motornya berjalan dengan sangat baik. Hanya kami yang mampu melawan Marc,” akunya.
Musim 2020, Vinales ingin menggunakan motor 2019 dengan sedikit tambahan aerodinamis. Namun permintaan itu tidak diiyakan oleh Yamaha.
Ada insiden rem blong di MotoGP Austria. Rem motor YZR-M1 miliknya mendadak blong, saat hendak memasuki Turn 1 di lap ke-16.
Saat hendak berbelok, Vinales langsung melompat dari motornya. Tunggangannya sendiri tetap meluncur lurus, dan akhirnya menabrak pembatas sirkuit sampai terbakar.
Maverick Vinales saat berseragam Yamaha (Photo by JOE KLAMAR / AFP) Foto: AFP/JOE KLAMAR
|
“Saya kehilangan 40 poin, yang akan memberi saya gelar juara. Tahun termudah untuk memenangkan kejuaraan dunia dan tahun di mana kami paling gagal. Itu spektakuler. Tahun lain yang memberi banyak perhatian kepada saya, karena jika mereka telah mendengarkan saya, hari ini saya akan menjadi juara dunia. Saya yakin seratus persen,” katanya.
Vinales lalu bercerita tentang musim terakhirnya bersama Yamaha. Bermula inkosistensi di awal musim, Vinales sangat marah kepada Yamaha usai finis paling belakang di Sachsenring. Di balapan selanjutnya Vinales finis runner-up di Assen tapi hubungan keduanya tidak mungkin lagi diperbaiki sehingga pada prosesnya mengumumkan perpisahan di akhir musim.
“Pada tahun 2021 saya memulai balapan dengan kemenangan. Saya merasa tidak terkalahkan. Saya tidak tahu apa yang terjadi di sana, saya tidak mengerti apa pun yang terjadi, bahwa motor saya mengalami kemunduran,” kata Vinales.
Vinales kemudian harus memulai balapan lagi dari pit karena motornya bermasalah saat warm up. Ketika balapan berakhir, Vinales finis posisi terbawah dan tak dianggap sah dalam perlombaan.
Tim Yamaha kemudian melakukan investigasi internal dan diketahui kalau Vinales ternyata mengutak-atik setting-an motor YZR-M1 miliknya. Utak-atik Vinales ini dinilai ilegal oleh Yamaha sehingga membuat mesin motor menjadi rusak.
‘Saya tidak tahan lagi. Itu tergantung mereka atau saya,’ jelasnya.
“Jika Anda melihat apa yang Anda masukkan ke dalam sepeda motor… Itu bukan untuk merusaknya, jauh dari itu, tetapi agar mereka mengerti bahwa saya tidak tahan lagi. Saya muak dengan situasi itu. katanya saya mencoba menyabotase atau merusak sepeda. Saya mematikan telepon saya dan saya berkata: ‘Saya tidak ingin tahu apa-apa. Saya tidak peduli sama sekali.’,” ceplos Vinales.
Selama empat setengah tahun dengan bendera Monster Energy Yamaha, Vinales memberikan 8 kemenangan balapan, 24 podium, dan dua tempat ketiga di klasemen keseluruhan pembalap 2017 dan 2019.
(riar/lua)