Jakarta –
Di Klaten ada racikan soto unik tanpa kuah. Namanya ‘toring’ alias ‘soto garing’. Meski penyajiannya tak seperti soto biasa, tapi rasanya tetap gurih nikmat.
Klaten punya banyak kuliner tradisional khas yang menarik dicoba. Salah satunya soto garing yang merupakan inovasi soto dalam kondisi kering.
Dijelaskan dalam laman resmi Provinsi Jawa Tengah, soto garing adalah soto yang disajikan tanpa kuah yang banyak. Inilah yang menjadi daya tarik dari sajian ini.
Soto garing punya isian serupa soto lainnya yaitu ada kubis, tauge, suwiran daging ayam, hingga potongan daun seledri. Meskipun bernama soto garing, bukan berarti tidak diberi kuah sama sekali.
Ada sedikit siraman kuah yang dijadikan sebagai bumbu atau penambah cita rasa saja. Karenanya rasanya lebih gurih dan tekstur isian soto tercecap lebih renyah.
Salah satu soto garing yang populer di Kabupaten Klaten adalah Warung Soto Bu Yati. Warung yang sudah ada sejak tahun 1970-an silam ini merupakan salah satu yang mempelopori soto garingan di wilayah Kabupaten Klaten.
Warung soto garing bernama Warung Soto Bu Yati menyajikan menu utama berupa soto. Selain soto garing, tetapi tersedia juga menu soto biasa yang berisikan kuah melimpah seperti soto pada umumnya.
Warung soto Bu Yati yang membuat soto garing sejak tahun 1974 Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
|
Makan soto garing semakin enak dengan pelengkap tempe goreng, tahu goreng, baceman, hingga makanan khas berupa lento yang mungkin jarang dijumpai di wilayah lain.
Harga soto garing di Warung Soto Bu Yati sebesar Rp 6.000 per porsi. Sementara harga gorengan mulai dari Rp 1.000 saja.
Keunikan yang ditawarkan oleh soto garing ternyata merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh pemilik terdahulunya. Ada kisah menarik di balik soto garing yang begitu populer di Kabupaten Klaten ini.
Berdasarkan arsip dari detikJateng, pemilik pertama Warung Soto Bu Yati ini adalah seorang pria bernama Sudirman yang di tahun ini telah berusia 75 tahun.
Sudirman diketahui memilih untuk merintis bisnis warung makan sejak tahun 1974 silam. Padahal setahun sebelumnya, Sudirman sempat mendapatkan tawaran untuk menjadi guru PNS di wilayah Brebes, Jawa Tengah.
Alih-alih menerima tawaran tersebut, Sudirman justru memberikan fokus terhadap bisnis yang di bidang kuliner bersama dengan istrinya. Adapun nama dari warung soto tersebut diambil dari nama istrinya yaitu Yati.
Adapun ide dari soto garing ternyata merupakan sebuah wujud inovasi yang dilakukan oleh Sudirman. Tidak ada alasan khusus mengenai kemunculan soto garing sebagai salah satu menu yang ditawarkan oleh Warung Soto Bu Yati ini.
Ketelatenan yang dilakukan oleh Sudirman dalam usahanya menjual kuliner soto mampu memberikan perubahan di dalam hidupnya, terutama mendukung kesejahteraan dan meningkatkan ekonomi keluarganya. Berkat Warung Soto Bu Yati, Sudirman menjelaskan dirinya bisa membangun rumah hingga menguliahkan anak-anaknya.
Sudiman, pendiri Warung Soto Bu Yati dan Soto Garing. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
|
Saat ini Warung Soto Bu Yati sudah diturunkan kepada anak-anaknya. Meskipun begitu, kisah keuletan yang telah dilakukan oleh Sudirman beserta dengan keluarganya membuat Warung Soto Bu Yati tetap eksis hingga saat ini.
Warung Soto Bu Yati berlokasi di samping Pasar Delanggu. Biasanya warung ini buka sekitar waktu subuh hingga tutup pukul 13.30 WIB.
Artikel ini sudah tayang di detikjateng dengan judul: Lezatnya ‘Toring’ Soto Garing Khas Klaten, Gurih Meski Tanpa Kuah
(adr/adr)