Banten –
Warga Baduy menyadari kekhasan yang dimiliki menjadi daya tarik wisatawan. Warga Baduy menyediakan oleh-oleh khas yang bisa dibawa pulang traveler.
Kini masyarakat Baduy sudah mengembangkan beragam produk buat dijadikan oleh-oleh selain durian yang diburu oleh pengunjung.
“Kami berupaya membangkitkan ekonomi kreatif, membantu meringankan beban-beban kehidupan masyarakat Baduy. Walaupun masyarakat Baduy identik dengan bertani, akan tetapi bagaimana agar hasil tanah kita bisa kita kembangkan dan dipasarkan, agar besar-kecilnya membuat petani semangat,” kata Jamal, warga lokal Baduy yang juga ketua Pembinaan UMKM di Baduy.
Menurutnya banyak produk berkualitas tinggi dari tangan-tangan orang Baduy yang bisa menjangkau pasar luas. Misalnya, produk kain tenun Baduy. Kemudian, madu Baduy. Ya, madu Baduy juga tidak kalah sohor daripada durian. Madu Baduy tidak jarang dipasarkan oleh warga Baduy secara langsung ke kota lain, termasuk Bandung dan Jakarta.
Jamal juga mengatakan masih terdapat olahan lain yang diciptakan oleh masyarakat Baduy. Nah, saat ini fokus Jamal dan warga Bauy lain adalah memasarkan produk itu melalui UMKM agar sampai ke pasar yang lebih luas.
“Untuk pengembangan hasil karya masyarakat agar membangkitkan ekonomi kreatif yang kita kembangkan, salah satunya kain tenun, semacam hasil tani (seperti) madu gitu kan. Dan saya kepikiran untuk bagaimana kita melakukan pengembangan hasil-hasil olahan misalkan dari jahe, kencur atau pisang,” kata Jamal.
“Kita kembangkan untuk bisa lebih laku di pasaran, bukan hanya sekadar kalau pisang, ya pisang aja. Tapi kita mencoba untuk versi lain sehingga banyak dimintai oleh kalangan-kalangan para wisatawan, (produknya) misalkan (minuman) gula jahe,” ia menambahkan.
Untuk mengembangkan produk masyarakat Baduy yang lebih luas lagi, maka tentunya modernisasi masuk dalam sisi ini. Tetapi dengan catatan, hanya dilakukan untuk sistem pemasaran dan telah mengalami diskusi dengan tokoh-tokoh asalkan tidak melanggar aturan adat.
Seperti masyarakat perkotaan yang telah lebih mengenal pemasaran secara online, sebagian masyarakat Baduy juga sudah mulai merambah ke e-commerce untuk menjual produk mereka. Sekali lagi, asalkan tidak melanggar aturan adat.
Madu Baduy. (detikcom/Andhika Prasetia)
|
“Terkait sistem pemasaran, sistem pengemasan juga d itu kita dibina karena kalau warga Baduy berdasar dari belajar sendiri, maka orang baduy selama tidak bertentangan dengan aturan adat, kitab oleh mempelajari juga untuk bagaimana mengenalkan hasil kita sendiri.
Jamal juga dikatakan produk-produk UMKM Baduy ini beberapa kali dilibatkan oleh pemerintah untuk mengikuti festival. Hal tersebut juga menjadi salah satu cara pemasaran yang lebih luas lagi bagi UMKM Baduy.
“Baduy itu salah satu bagian dari masyarakat Banten maka kita pernah dilibatkan mewakili Provinsi Banten. Kita diundang sama kementerian jadi dilibatkan sebagai wakil dari Provinsi Banten untuk mengembangkan kekayaan budaya kita, kearifan-kearifan lokal yang ada untuk dikembangkan, biar dikenal luas sama orang-orang luas gitu,” kata dia.
“Mudah-mudahan harapan saya karena memang tujuan saya itu bagaimana untuk mengembangkan hasil ekonomi, mengembangkan hasil karya masyarakat,” Jamal berharap.
Peran Wisatawan
Dalam pengembangan dan pemasaran UMKM Baduy, wisatawan yang berkunjung juga dianggap bisa memainkan peran penting. Salah satunya melalui publikasi, namun perlu diingat ada adat-istiadat yang tidak boleh dilanggar.
Menambahkan informasi dari Jamal, kepada desa di sana atau yang dikenal dengan jaro, mengatakan bahwa penggunaan media sosial untuk menyoal pemasaran produk boleh saja dilakukan.
“Kalau masalah mengenai dibatasi teknologi di Baduy (luar) mah nggak, cuma kan dibatasi ini contoh mengenai teknologi yang merugikan secara pribadi maupun masyarakat. Sebenarnya sih untuk secara mengenalkan produk-produk bahkan mengenalkan UMKM itu tidak dibatasi,” kata Jaro Oom.
(upd/fem)