
Jakarta –
Singapura menghadapi ‘tsunami’ kasus penyakit ginjal. Ada sekitar 500 ribu warganya yang mengalami penyakit ginjal kronis. Dua dari tiga orang di Singapura teridentifikasi gagal ginjal karena diabetes.
Menurut catatan sistem data ginjal AS periode 2023, Singapura menempati posisi kedua gagal ginjal akibat diabetes, setelah Brunei.
Kepala National Kidney Foundation (NKF) Singapura, Lang, bahkan menyebut Singapura diproyeksikan mencatat 900.000 kasus penyakit ginjal kronis pada 2035.
“Kami ingin membalikkan keadaan, untuk melihat bagaimana kami dapat memperlambat tsunami ginjal, dan bagaimana kami berencana untuk melakukannya adalah melalui peningkatan kesadaran, pencegahan, dan pendidikan,” kata Lang, dikutip dari Straits Times, Rabu (26/2/2025).
NKF mencatat kini ada 5.700 pasien dialisis atau sekitar 60 persen dari total populasi dialisis di Singapura.
Tam Hon Yuen, salah satu warga Singapura, sedang berjalan ke sebuah restoran di Manchester, Inggris, ketika ia tiba-tiba merasa sesak napas dan lelah.
Keluhan tidak biasa dirasakan Hon, terlebih ia jarang jatuh sakit di tengah aktivitas padat sebagai manajer penerbangan dan rutinitas olahraganya seperti bersepeda sejauh 60 km hingga 80 km pada hari libur, di Singapura.
Dalam penerbangan kembali ke Singapura, beberapa rekannya juga mengatakan kepadanya ia tampak pucat.
Seminggu kemudian, pria yang hampir menginjak kepala 6 itu memutuskan untuk pergi ke dokter umum untuk pemeriksaan.
Tes darah rupanya menunjukkan fungsi ginjalnya sudah terganggu.
Ia dirujuk ke Departemen Penyakit Ginjal Changi General Hospital (CGH), didiagnosis dengan penyakit ginjal kronis stadium tiga. Kasus Tam hanya satu dari sekian banyak catatan masalah ginjal pada usia lanjut. Bahkan, proyeksi Singapura menunjukkan 1 dari 4 lansia di sana akan terkena masalah ginjal kronis pada 2030.
“Fungsi ginjal biasanya mencapai puncaknya pada usia sekitar 40 tahun dan selanjutnya mengalami penurunan yang sangat bertahap pada orang dewasa yang menua normal,” kata Dr. Kwek, salah satu tim medis di RS pusat dialisis Singapura.
Penyakit ginjal kronis juga dapat menyerang orang yang mengalami obesitas atau penyakit jantung, serta mereka yang memiliki riwayat keluarga penyakit ginjal kronis, diabetes, atau tekanan darah tinggi.
Penyakit ini, terkadang disebut sebagai ‘silent killer’ atau diam-diam mematikan, lantaran gejala berkembang perlahan, bahkan seringnya nihil gejala sampai pasien benar-benar mengalami kerusakan parah.
“Beberapa pasien mendapati diri mereka dalam keadaan darurat di rumah sakit ketika gejala parah mereka muncul, padahal sebelumnya sudah sembuh. Pada saat ini, ginjal mereka berada di ambang kegagalan, sehingga memerlukan perawatan dialisis segera untuk bertahan hidup.”
Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis stadium lanjut meliputi:
- kelelahan
- tidak nafsu makan
- mual dan muntah
- kulit gatal
- kaki atau pergelangan kaki bengkak.
Namun, gejala-gejala ini tidak selalu spesifik berkaitan dengan penyakit ginjal kronis dan juga bisa disebabkan kondisi lain, sehingga langkah terbaik yang perlu dilakukan adalah deteksi dini.
Pasien dengan diabetes dan/atau hipertensi disarankan untuk menjalani skrining penyakit ginjal kronis setiap tahun oleh dokter perawatan kesehatan primer.
(naf/up)