
Jakarta –
Sebuah penemuan arkeologi yang mengejutkan di Belgia mengungkap praktik ritual pengorbanan anjing pada zaman Romawi kuno. Sisa-sisa kerangka anjing yang terawetkan dengan sangat baik ditemukan di bekas pusat Kota Romawi Kuno, Vicus, memberikan wawasan baru tentang kepercayaan dan tradisi masyarakat pada masa itu.
Penemuan itu diumumkan pada 21 Maret 2025 oleh SOLVA Archaeology Service, sebuah lembaga yang berafiliasi dengan pemerintah Belgia.
Dikutip dari Fox News, Rabu (9/4/2025) arkeolog Arne Verbrugge, yang terlibat dalam penggalian itu, menjelaskan bahwa penggalian tersebut dilakukan di bekas pusat Kota Romawi Kuno bernama Vicus, yang terletak di Desa Velzeke, Belgia.
Foto-foto yang diambil dari situs penggalian menunjukkan bahwa mulut anjing tersebut hampir utuh, dengan beberapa gigi dan seluruh kerangkanya yang masih terjaga dengan baik. Anjing itu ditemukan di bawah lantai batu yang ternyata membantu dalam pengawetan sisa-sisanya.
“Sebagian besar tulang yang kami temukan dari periode Romawi sudah sangat membusuk. Namun, dalam beberapa kasus seperti di dalam sumur atau parit, sisa-sisa tersebut sedikit lebih terawetkan,” kata Verbrugge.
Anjing tersebut terawetkan dengan baik karena dikubur di bawah fondasi batu pasir yang kaya kapur.
“Fondasi batu ini berperan penting dalam menjaga kelestariannya,” ujar Verbrugge.
Pada zaman Romawi, anjing sering kali dikorbankan dalam berbagai ritual keagamaan. Hewan-hewan tersebut bahkan dianggap sebagai penjaga makam bagi orang-orang yang telah meninggal.
Pengorbanan anjing biasanya dilakukan untuk memandu roh orang yang telah meninggal menuju kehidupan setelah mati. Namun, anjing yang ditemukan kali ini tampaknya tidak dikorbankan untuk manusia, melainkan untuk tujuan lain, yakni sebagai bagian dari pembangunan sebuah bangunan.
Penemuan tulang belulang anjing dari zaman Romawi Kuno di Belgia. (Tangkapan layar)
|
“Menurut karya sarjana Romawi, Varro dalam De Re Rustica, anjing kadang-kadang digunakan dalam ritual untuk memurnikan tanah dan rumah,” katanya.
Verbrugge menduga bahwa sebelum membangun bangunan di lokasi tersebut, mereka mungkin melakukan ritual pemurnian dengan mengorbankan anjing terlebih dahulu. Praktik semacam ini juga terkait dengan Festival Lupercalia, yang merayakan Faunus, dewa kesuburan dan pemurnian seperti yang dicatat oleh Plutarch.
Bangunan batu tempat anjing itu dikubur kemungkinan memiliki tujuan yang sangat penting. Verbrugge mengatakan bahwa ini adalah penemuan pertama yang menghubungkan pengorbanan anjing dengan pembangunan di Flanders, meskipun hal serupa juga telah ditemukan di Prancis dan Inggris.
Ia juga menyatakan bahwa meskipun bangunannya mungkin lebih besar, fondasi batu tersebut tidak terawat dengan baik di beberapa tempat.
“Fondasi batu seperti ini tidak umum ditemukan di wilayah ini pada masa Romawi dan ini menunjukkan bahwa bangunan tersebut mungkin memiliki status penting. Fondasi batu seperti ini biasanya ditemukan di vila atau bangunan penting yang memiliki fungsi militer, administratif, atau keagamaan,” ujarnya.
Keberadaan bangunan batu ini mengindikasikan bahwa tempat tersebut mungkin memiliki makna penting. Sisa-sisa anjing yang ditemukan akan menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk mempelajari lebih dalam tentang jenis anjing tersebut, yang kini sudah punah.
“Setelah sisa-sisa jasadnya dibersihkan, kami akan memeriksa tulang-tulangnya lebih lanjut,” Verbrugge menambahkan.
(upd/fem)