Jakarta –
Penggunaan tanaman yang mengandung zat halusinogen atau menimbulkan efek psikedelik sudah ada sejak zaman kuno. Awalnya digunakan untuk tujuan keagamaan, kemudian digunakan untuk efek penyembuhan.
Di acara live ‘Eureka! Kecubung Biking Linglung’, Senin (22/7), narasumber dr. Hari Nugroho, M.Sc dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience memberikan sedikit gambaran bahwa tanaman-tanaman yang bisa menimbulkan efek halusinasi sebenarnya sudah dimanfaatkan sejak zaman dahulu.
“Ini adalah gambaran di tahun 1850-an kurang lebih, tentang tanaman-tanaman yang kemudian bisa digunakan sebagai obat-obatan. Kita tentu tahu, tanaman ada ratusan ribu jenis, dan di antaranya itu adalah tanaman yang punya efek atau zat psikoaktif,” kata Hari.
Zat psikoaktif adalah senyawa kimia yang dapat memengaruhi aktivitas mental dan perilaku seseorang. Zat ini dapat mengubah persepsi, suasana hati, pikiran, dan tingkah laku seseorang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
Dijelaskan Hari, masyarakat zaman kuno menggunakan tanaman psikoaktif ini khususnya dalam rangka kebudayaan dan spiritualitas. “Mereka menggunakan hal itu dalam ritual khususnya untuk pengalaman halusinasi seperti melihat sesuatu di masa lalu atau bahkan masa depan,” ujarnya.
Seiring meningkatnya pengetahuan tentang tanaman, masyarakat kemudian menemukan berbagai tumbuhan dengan efek psikoaktif yang bisa digunakan untuk pengobatan.
“Tanaman dengan efek psikoaktif itu ada yang menjadi penghilang nyeri, ada yang sedatif agar tidur nyenyak, stimulan agar jadi lebih segar bersemangat, hingga mind-altering entry atau untuk memahami status mental dan meningkatkan terapi-terapi pengobatan,” jelasnya.
(rns/fay)