Jakarta –
Faktor bahasa disebut-sebut menjadi salah satu penyebab belum populernya liburan di kapal pesiar bagi turis Indonesia. Padahal, traveler nggak perlu takut karena itu.
Kapal pesiar umumnya berlayar dari suatu negara ke negara lainnya. Di dalam perjalanan, traveler pun akan menemui pekerja ataupun pengunjung dari berbagai negara. Bisa jadi alasan itulah yang membuat banyak orang ragu untuk menikmati wisata di kapal pesiar.
Padahal, sejatinya traveler nggak perlu terlalu khawatir terhadap bahasa jika bepergian di kapal pesiar. Pasalnya, pekerja kapal pesiar umumnya multietnis dan berasal dari banyak negara.
Misalnya saja saat detikTravel menaiki kapal Resorts World One milik jenama Resorts World Cruises. Kapal pesiar itu kini memiliki rute baru Jakarta-Singapore-Port Klang (Malaysia) selama enam hari / lima malam. Di dalamnya, terdapat pekerja dari berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Kami pun tak kesulitan untuk menemui pekerja asal tanah air.
Untuk menemukan pekerja yang berasal dari Indonesia cukup mudah, di bagian name tag pekerja, tertulis asal negara pekerja tersebut. Tertulis Indonesia, berarti pekerja tersebut berasal dari Indonesia.
Percakapan dalam bahasa Indonesia juga kerap kami gunakan baik kepada pekerja maupun turis yang berasal dari tanah air yang kita temui. Berhubung salah satu rutenya adalah Jakarta, menemukan warga sebangsa tidaklah susah.
Selain itu, banyak pekerja di kapal pesiar memiliki keahlian multi bahasa. Kami pun menemui pekerja dari Malaysia ataupun Filipina yang memiliki kemampuan bahasa Indonesia kendati terbatas. Bahkan kami menemui band penghibur asal Filipina yang menyambut kami dan menyanyikan lagu berbahasa Indonesia.
Di samping itu, jika traveler mengalami kesulitan, traveler pun bisa memanfaatkan fitur terjemah foto dari Google Translate. Kami pun sempat mencobanya kepada beberapa instruksi penunjuk baik berbahasa Inggris maupun Mandarin dan berhasil.
Alih-alih takut berinteraksi, berwisata di kapal pesiar justru bisa menjadi ajang traveler berwisata sembari melatih kemampuan bahasa Inggris. Traveler bisa mencoba sedikit berinteraksi kepada pengunjung lain ataupun para pekerja yang ada di sana.
Dari pengalaman kami, banyak dari mereka pun menghargai keterbatasan kemampuan bahasa yang pengunjung miliki. Jauh dari penilaian baik salah yang justru seringnya didapatkan ketika di lingkungan sehari-hari.
(wkn/fem)