Jakarta –
Warga lokal Split, kota terbesar kedua di Kroasia, muak dengan reputasi kota itu sebagai tempat berpesta turis-turis. Mereka pun mendesak agar wisata disajikan berbeda.
Warlok merasa terganggu dengan wisatawan yang datang hanya untuk berpesta dan minum-minum miras. Kota itu memang dianggap sebagai tuan rumah berbagai festival musik besar, salah satunya Ultra Europe.
Melansir Express, Rabu (6/11/2024) kekacauan yang ditimbulkan akibat perilaku tersebut membuat Split memerlukan pengamanan ekstra. Ulah wisatawan memang di luar nalar, mulai dari berisik dan gaduh, minum minuman beralkohol di tempat umum, buang air kecil sembarangan, hingga wisatawan bertelanjang dada di jalanan.
Split di Kroasia (Getty Images/iStockphoto)
|
Selain itu, pariwisata yang berlebihan itu juga berdampak pada pasar properti di Split. Akibat meningkatnya permintaan akan penyewaan jangka pendek, harga sewa jangka panjang turut naik. Yang lebih parah, pemilik properti lebih suka menyewakan kepada wisatawan ketimbang memberi kontrakan kepada warga lokal.
Ya, wisatawan bikin harga sewa rumah melonjak hingga rata-rata 800 euro atau sekitar Rp 14 juta per bulan.
Mengingat rata-rata pendapatan bulanan di kota ini hanya sekitar 1.000 euro (Rp 17,5 juta), alhasil banyak penduduk yang merasa kesulitan menghadapi situasi yang terjadi. Seorang karyawan perusahaan pelayaran bernama Vana, mengatakan kini generasi muda di sana semakin sulit untuk memiliki hunian dan melanjutkan kehidupan mereka.
“Semakin sulit bagi generasi muda untuk mendapatkan tempat tinggal, memulai kehidupan, atau berkeluarga,” kata Vana.
Split di Kroasia (Getty Images/iStockphoto)
|
Jantung kota Split kini dipenuhi oleh wisatawan membuat semakin mahal harga-harga di sana, sehingga banyak penduduk yang terpaksa menghindari daerah tersebut. Kemudian, warga Split lainnya yang bekerja di perusahaan perjalanan wisata, Victoria, menyatakan terdapat perubahan perilaku dari turis-turis yang datang ke Split.
“Dulu, turis yang datang lebih baik dan sopan, kebanyakan datang bersama keluarga, kami menyukai mereka, kami tidak punya masalah dengan turis seperti ini,” kata dia.
Dilema Overtourism dan Pendapatan Warlok
Tantangan besar muncul karena Split sangat bergantung pada sektor pariwisata, dengan banyak penduduk yang mengandalkan sebagian besar pendapatan tahunan mereka dari pariwisata selama musim panas yang sibuk.
Oleh karena itu, pihak berwenang mulai mengatur jumlah dan jenis akomodasi yang tersedia di Split, setelah dewan pariwisata di sana meluncurkan sebuah studi berjudul ‘Studi tentang Daya Dukung Pariwisata Kota’ pada dua tahun lalu.
Split di Kroasia (Getty Images/iStockphoto)
|
Studi tersebut bertujuan untuk menilai apakah infrastruktur dan akomodasi kota ini cukup untuk menampung sekitar 900.000 wisatawan yang datang setiap tahun. Pariwisata yang berlebihan terlihat jelas di pusat kota.
Badan Pariwisata Split telah mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya akan terus membuat penyeimbangan di sektor pariwisata Kota Split. Selain untuk tetap menarik wisatawan untuk datang ke Kota Split, tetapi juga memperhatikan kualitas wisatawan yang berkunjung ke Kota Split untuk menghormati warga-warga di sana.
“Kami berkomitmen untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara mendukung industri pariwisata yang berkembang pesat dan menjaga kualitas hidup penduduk Split. Tujuan kami adalah memastikan bahwa perkembangan pariwisata berlangsung secara berkelanjutan, baik dari segi sosial, ekologis, maupun ekonomi dengan penekanan yang kuat pada peningkatan kualitas hidup penduduk,” bunyi pernyataan itu.
(upd/fem)