![](https://i3.wp.com/awsimages.detik.net.id/api/wm/2025/02/12/carbon-neutrality-cn-mobility-event-2025-3_169.jpeg?wid=54&w=650&v=1&t=jpeg&w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jakarta –
World Research Institute atau WRI Indonesia mengingatkan, semangat net zero emission atau emisi nol jangan sampai membunuh industri otomotif di Indonesia. Keduanya, kata WRI di program Toyota Carbon Neutrality (CN), harus berjalan beriringan.
I Made Vikannanda selaku Senior Program Lead Electric Mobility WRI Indonesia mengingatkan, pemerintah dan produsen harus melakukan diskusi mengenai cara menyeimbangkan gagasan emisi nol dan ketahanan industri. Menurutnya, itu menjadi tantangan bersama.
“Ini tantangan ke depan kan mau net zero tapi industri harus diselamatkan. Kita tidak mau sektor otomotif sales-nya turun karena kita bicara teknologi baru. Ini tantangan yang perlu kita antisipasi bersama-sama,” ujar Vikan pada program Toyota Beyond Zero Carbon Neutrality (CN) Mobility Event di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Vikan menjelaskan, ketika kepemilikan motor mencapai 120 juta unit dan mobil 20 juta unit pada tahun 2023, output ekonominya berkisar lima persen. Ketika jumlahnya bertambah, output ekonomi meningkat, namun bertentangan dengan semangat net zero emission.
“Kita cari formula bersama-sama di sektor otomotif untuk mencapai net zero 2060. Kita sekarang punya motor 120 juta, mobil mungkin 20 juta. Kita dapat output ekonomi 5 persen ya tahun 2023,” tuturnya.
“Kalau 8 persen berapa? Apakah mobil harus 70 juta unit kah? Terus polusi dan kemacetan bagaimana? Motor apakah harus 250 juta? Bagaimana dengan konsumsi BBM. Jadi elemen isunya sangat kompleks. Makanya harus antisipasi bersama antar pemerintah dan industri,” tambahnya.
Meski demikian, Vikan melihat, potensi menjaga keseimbangan industri dan semangat memerangi emisi sebenarnya terbuka lebar. Sebab, kini sudah mulai banyak mobil-mobil baru dengan energi hijau seperti hybrid atau fuel cell.
“Kita bikin research bagaimana output ekonomi kalau menuju net zero. Kalau bicara sektor otomotif sekarang itu kurang lebih output-nya US$ 40 miliar dari produksi dan penjualan,” kata dia.
(sfn/dry)