Jakarta –
Tol Trans Jawa merupakan salah satu infrastruktur andalan bagi masyarakat untuk bepergian di Pulau Jawa. Dalam rencana besarnya, jaringan jalan yang terbentang dari ujung barat hingga timur Jawa ini akan memiliki panjang hingga 1.232,78 kilometer (km).
Jalan Tol Trans Jawa akan membentang dari Merak, Banten, hingga Banyuwangi, Jawa Timur. Hingga saat ini, total baru ada sekitar 20 ruas jalan tol yang telah beroperasi, yang menghubungkan Merak-Pasuruan dengan panjang mencapai 1.056,38 Km.
Pembangunan Tol Trans Jawa sendiri mempunyai sejarah panjang dari era Presiden Soeharto hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi), kemudian kini berlanjut ke pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Tol ini dibangun secara estafet dalam beberapa periode pemerintahan.
Berdasarkan catatan Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU) yang dihimpun detikcom, ditulis Minggu (26/1/2025), sejarah jalan tol di Indonesia dimulai pada tahun 1978 dengan dioperasikannya jalan tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) dengan panjang 59 km. Jalan tol ini menjadi bagian dari jaringan Tol Trans Jawa.
Lalu berdasarkan data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), tol-tol Trans Jawa yang diresmikan Soeharto di antaranya Jakarta-Tangerang (33 km) pada November 1984, Surabaya-Gempol (49 km) Juli 1986 dan Jakarta-Cikampek (83 km) pada September 1988. Kemudian tol Tangerang-Merak (73 km) pada Juli 1992, serta Palimanan-Plumbon-Kanci (26,3 km) Januari 1998.
Periode pembangunan jalan tol berikutnya pada masa kepemimpinan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari 2004 sampai 2014 dengan total panjang jalan terbangun 75 km. Pada masa itu, pembangunan tol kembali memasuki masa percepatannya setelah sempat banyak proyek yang tertunda.
Adapun untuk ruas-ruas tol Trans Jawa baru selanjutnya mulai kembali ada pada 2010. Selama tahun 1998 hingga 2010, ruas-ruas tol baru yang dibuka lebih banyak di luar Jawa, Jabodetabek dan non Trans Jawa.
Ruas Trans Jawa baru yang dibuka di antaranya ada Kanci-Pejagan (35 km) pada Januari 2010, Surabaya-Mojokerto seksi 1A (1,89 km) Agustus 2011, Semarang-Solo seksi I (11 km) November 2011, Semarang-Solo seksi II (11,95 km) April 2014 dan Kertosono-Mojokerto seksi I (14,41 km) pada Oktober 2014.
Kemudian periode berikutnya terjadi pada rentang tahun 2015 sd 2018, saat masa kepemimpinan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). Pada periode tersebut, tol-tol pelengkap Trans Jawa mulai diselesaikan.
Adapun tol-tol yang telah diselesaikan mulai dari Cikopo-Palimanan, Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, Semarang-Solo, Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, Kertosono-Mojokerto, Surabaya-Mojokerto, hingga Gempol-Pasuruan.
Akhirnya, pada 2018 Tol Trans Jawa resmi beroperasi penuh dari Merak hingga Pasuruan. Kondisi ini menyisakan satu bagian terakhir dari jaringan Tol Trans Jawa yakni Tol Probolinggo-Banyuwangi yang masuk ke jajaran Proyek Strategis Nasional (PSN). Mulanya, proyek tersebut ditargetkan rampung pada 2024.
Namun target tersebut belum terwujud. Tol Probolinggo-Banyuwangi pun akhirnya menjadi salah satu warisan untuk pemerintahan era Prabowo. Adapun saat ini, penyelesaian pembangunannya difokuskan untuk konstruksi tahap 1 ruas Gending-Besuki sepanjang 49,7 Km yang ditargetkan bisa rampung tahun 2025 secara bertahap.
Sedangkan untuk konstruksi tahap 2 yakni ruas Besuki-Banyuwangi sepanjang 126,72 Km, hingga saat ini belum memasuki tahap konstruksi maupun pembebasan lahan. Ditargetkan konstruksinya baru akan selesai setelah tahun 2025.
(acd/acd)