
Sore itu, matahari mulai turun perlahan, mengubah langit Bogor menjadi gradasi jingga yang indah. Udara yang sebelumnya panas perlahan menjadi lebih sejuk, menciptakan suasana yang nyaman setelah seharian mengikuti kuliah.
Aku dan teman-teman masih mengenakan pakaian kuliah saat kami berjalan keluar dari gedung kampus, membawa tas yang tidak hanya berisi buku dan laptop, tetapi juga kebutuhan lainnya seperti kain batik untuk digunakan saat foto di tempat yang akan kami tuju.
Hari itu, kami memutuskan untuk pergi ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Bukan untuk sekadar berwisata, melainkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Festival Budaya.
Kami mendapat kesempatan untuk menggali lebih dalam tentang budaya Riau, dan tentu saja kami memutuskan untuk datang langsung ke anjungan Riau di TMII.
Namun, perjalanan ini bukan sekadar perjalanan biasa. Kami harus menempuh perjalanan cukup panjang dari Bogor ke Jakarta, menggunakan transportasi umum yang sudah sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari yaitu KRL dan LRT.
Meskipun jaraknya jauh, ada sesuatu yang membuat perjalanan ini terasa lebih menyenangkan karena pergi bersama teman-teman, berbagi cerita, tawa, dan tentu saja, pengalaman yang baru.
Stasiun Bogor
Perjalanan dimulai dari Stasiun Bogor, tempat kami bergegas menuju pintu masuk dan menempelkan kartu elektronik di mesin tap-in. Waktu sudah menunjukkan sore hari, dan suasana stasiun masih dipenuhi oleh orang-orang yang baru pulang kerja atau kuliah.
Kami ikut berbaur dalam keramaian itu, menunggu kereta yang akan membawa kami menuju Stasiun Cawang. Begitu KRL datang, kami segera masuk dan mencari tempat yang nyaman.
Sayangnya, jam pulang kantor membuat gerbong penuh sesak. Untungnya, beberapa dari kami masih ada yang mendapatkan tempat duduk tetapi ada juga yang berdiri berdesakan dengan penumpang lainnya.
Udara di dalam gerbong terasa lebih panas dibandingkan di luar, tetapi tidak mengurangi semangat kami untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan dari Bogor ke Cawang memakan waktu hampir satu jam.
Selama itu, aku bisa melihat kegiatan yang dilakukan dalam setiap perjalanan menggunakan KRL. Ada yang sibuk dengan ponselnya, ada yang tertidur sambil berdiri, dan ada pula yang seperti kami, menikmati perjalanan dengan tawa dan cerita-cerita ringan.
Stasiun Cawang
Setibanya di Stasiun Cawang, kami turun dan berjalan menuju jalur LRT. Ini pertama kalinya bagi beberapa teman kami naik LRT, sehingga ada sedikit kebingungan saat mencari peron yang tepat.
Namun, begitu kami naik dan duduk di dalam kereta yang modern dan bersih, suasana berubah menjadi penuh semangat. Dari atas rel yang membentang di ketinggian, kami bisa melihat Jakarta dari sudut yang berbeda.
Gedung-gedung tinggi berdiri megah, kendaraan berlalu lalang di bawah sana, dan langit yang mulai berubah warna semakin menambah keindahan perjalanan ini.
Setelah beberapa saat, kami akhirnya sampai di TMII. Begitu turun dari LRT, kami berjalan menuju area utama taman budaya ini. Waktu sudah semakin sore, dan lampu-lampu mulai dinyalakan, memberikan suasana yang lebih hangat.
TMII
Kami berjalan bersama-sama menuju Anjungan Riau, tempat utama dalam perjalanan ini. Meskipun lelah setelah menempuh perjalanan panjang, semangat kami tidak surut.
Langkah kami semakin mantap ketika melihat bangunan rumah adat khas Riau yang berwarna kuning itu berdiri megah di depan mata. Di sana, kami disambut oleh pengelola anjungan, yang dengan ramah menyapa kami dan mempersilakan kami masuk.
Kami langsung diajak berbincang tentang budaya Riau antara lain tentang adat istiadat, sejarah, dan bagaimana budaya ini tetap dijaga hingga saat ini.
Kami juga mengamati berbagai koleksi yang ada di dalam anjungan. Salah satu yang menarik adalah pakaian adat Riau dengan motif dan warna khas.
Selain itu, ada juga senjata tradisional khas Riau, yang memiliki makna tersendiri dalam sejarah dan kehidupan masyarakatnya. Salah satu momen yang paling kami nantikan adalah sesi foto.
Kami mengenakan kain batik yang sengaja kami bawa dari rumah. Dengan latar belakang rumah adat Riau yang megah, kami berfoto bersama mengenakan kain batik tersebut.
Hasilnya? Luar biasa! Foto-foto ini tidak hanya sekadar dokumentasi, tetapi juga kenangan yang tak terlupakan apalagi tentang kebersamaannya.
Kuliner Riau
Setelah puas berfoto, pengalaman paling berkesan lainnya adalah ketika kami mencicipi makanan khas Riau. Hidangan yang kaya akan rempah dan cita rasa khas Melayu, makanan ini benar-benar bagian dari identitas budaya yang menghubungkan masyarakat dengan tradisi mereka.
Waktu terasa berjalan begitu cepat. Setelah selesai berbincang dan menikmati hidangan khas Riau, kami menyadari bahwa malam sudah semakin larut. Kami harus segera pulang sebelum transportasi umum berhenti beroperasi.
Perjalanan pulang kami lakukan dengan rute yang sama dari TMII menuju stasiun LRT, lalu kembali ke Stasiun Cawang untuk naik KRL menuju Bogor. Namun, perjalanan pulang ini terasa berbeda.
Ada rasa puas dan senang karena kami tidak hanya menyelesaikan tugas kuliah, tetapi juga mendapatkan pengalaman baru yang tak ternilai. Di dalam KRL, suasana lebih tenang dibandingkan saat berangkat.
Sebagian dari kami mulai merasa mengantuk, sementara yang lain masih asyik membahas pengalaman yang baru saja kami lalui. Kami tiba di Stasiun Bogor larut malam, lebih lelah dari biasanya, tetapi dengan hati yang penuh cerita.
Festival budaya yang awalnya hanya kami anggap sebagai tugas, kini terasa lebih bermakna. Bukan hanya tentang kunjungan atau mencari informasi, tetapi tentang bagaimana perjalanan ini membuka mata kami terhadap keindahan budaya Indonesia dan kebersamaan bersama teman.
Karena sesungguhnya, perjalanan bukan hanya tentang tiba di tujuan, tetapi juga tentang pengalaman dan sebuah cerita yang kita dapatkan di sepanjang jalan.