Jakarta –
Mensos Tri Rismaharini (Risma) meninjau warga penyandang disabilitas, lansia, hingga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Puskesmas Kanatang, Sumba Timur, NTT. Risma meminta ada perekaman data terkait administrasi dan kondisi warga tersebut.
“Yang pertama saya mohon bantuan, Pak Bupati, dinas sosial, soal data. Jadi tolong direkam data kependudukan, taruhlah dia tidak bisa menyebut namanya atau tidak bisa nyebut, nggak apa-apa, dikasih nama aja apa, yang penting ada kode daerahnya, alamatnya. Nah, difoto saja,” kata Risma dalam pidatonya di Puskesmas Kanatang, Sumba Timur, NTT, Kamis (2/5/2024).
“Kami butuh data karena kalau tidak kami juga diperiksa untuk pertanggungjawaban. Jadi saya mohon bantuan dari kepala dinas sosial dan dukcapil untuk perekaman ini,” imbuhnya.
Risma mengatakan perekaman administrasi kependudukan dilakukan untuk mempermudah dalam mengetahui kondisi warga terkait penyaluran bantuan. Dia mengatakan bantuan akan turun satu bulan setelah data perekaman itu diterimanya.
“Perekaman itu nanti data segera diusulkan, saya jamin bulan depan bisa keluar bantuan itu. Nah, itu yang pertama. Jadi untuk disabilitas bukan hanya untuk ODGJ, termasuk lansia miskin, silakan diajukan kepada kami, kalau datanya sudah ada bisa dikirim ke Kadinsos bisa dikirim ke kami,” ujarnya.
Pentingnya Cegah Stunting
Dia juga menyinggung pentingnya mencegah stunting dengan mengkonsumsi makanan bergizi seperti telur. Dalam kesempatan itu, Risma juga memberikan bantuan berupa paket sembako ke warga.
“Nah, yang berikutnya, Bapak/Ibu sekalian, tadi soal stunting. Jadi di beberapa tempat saya lanjutkan tadi, saya bantu dengan ayam petelur. Jadi ayam itu setiap hari bertelur nah itu bisa dimakan, nanti kalau sisa bisa dijual. Tapi setiap hari dia bisa dimakan oleh untuk keluarganya terutama yang ibu-ibu sedang hamil, itu bisa dibantu Pak supaya gizinya bisa terpenuhi. Karena kalau memberikan (telur) ini ya kita khawatir kayak gini, mudah-mudahan nggak pecah nanti sampai rumah,” tuturnya.
Dia meminta warga menyampaikan langsung keluhan dan permintaannya agar bantuan yang nantinya diberikan dapat tepat berdasarkan kebutuhan. Dia mencontohkan pemberdayaan masyarakat melalui bantuan bibit ayam petelur di Asmat, Papua.
“Ini contoh di Asmat, saya bantu di Asmat di Papua, sekarang ini satu tahun mereka bisa menghasilkan Rp 33 juta. Nah caranya adalah itu dikelola oleh, saya kerja sama dengan gereja, Pak, nah kita bantu bibit itu setiap hari ayam itu bertelur. Kemudian, sehari dibantu untuk masyarakat sehari, untuk yang ngurus sehari, kalau satu kg isinya 18 telur di sana dijual Rp 50 ribu kalau nggak salah di Papua jadi lumayan. Kalau saya bantu seribu aja sudah di berapa kg dan sudah berapa rupiah gitu duitnya. Tapi saya berharap yang utama adalah untuk gizi karena jangan sampai anak-anak kita nanti ke depan dia perkembangan otaknya tidak bagus,” ucapnya.
Risma juga mencontohkan bantuan untuk pemberdayaan masyarakat di Wini perbatasan Timor Leste. Dia mengatakan bantuan berupa pembelajaran skil menanam menjadikan desa itu sebagai salah satu tempat wisata yang mampu menghasilkan omzet.
“Kemudian berikutnya saya bantu di Wini, perbatasan Timor Leste. Ini dulunya seperti ini, kemudian saya bantu untuk sumber air, kemudian awalnya saya ajarin nanam bunga matahari itu untuk membuat minyak goreng karena saat itu minyak goreng lagi mahal-mahalnya,” kata Risma.
“Ternyata sekarang bisa jadi wisata karena bunganya bagus gitu, tapi kemudian kita ajarin juga bagaimana menanam tomat, di sini tomat dan cabe, sekarang ini satu hari bisa sampai Rp 40 juta,” ujarnya.
(mib/dek)