
Gelombang demonstrasi menolak revisi Undang-Undang TNI yang diduga membuka peluang kembalinya dwifungsi militer kembali memanas di Kota Malang. Aksi yang digelar pada Minggu malam, 23 Maret 2025, diwarnai bentrokan antara massa demonstran dengan aparat keamanan.
Namun, yang menjadi sorotan utama adalah laporan serangan terhadap tenaga medis dan jurnalis yang tengah bertugas di lokasi, memicu kemarahan warganet di berbagai platform media sosial.
Sejumlah saksi mata melaporkan bahwa tenaga medis yang sedang memberikan pertolongan pertama kepada demonstran yang terluka menjadi sasaran kekerasan aparat. Bahkan ada laporan aparat melakukan sweeping hingga ke dalam rumah sakit.
“Kami mendapat kabar dari kawan-kawan, bahwa sampai detik ini polisi masih melakukan sweeping di berbagai lokasi di Kota Malang, termasuk Rumah Sakit tempat para korban di rawat dan kedai-kedai kopi yang mereka curigai sebagai tempat berkumpul,” ujar@tribunmelawan.
Tak hanya itu, jurnalis yang sedang meliput peristiwa tersebut juga mendapat perlakuan serupa, mulai dari intimidasi hingga serangan fisik.
“Hari ini aku masih terselamatkan oleh kartu pers, tapi tidak dengan teman-temanku. Beberapa kawan dipukul dan dihajar ditempat. Bahkan kawan-kawan pers mahasiswa lain beberapa ada yang mendapat bogem mentah aparat meski sudah menunjukan kartu pers,” ungkap@petanigabut.
Kecaman Warganet
Foto: M Bagus Ibrahim |
Situasi ricuh demo menolak UU TNI di Malang dengan cepat menyebar di media sosial, khususnya melalui platform X. Tagar seperti #TolakRUUTNI dan #Malang pun menghiasi daftar trencing topic yang didominasi kecaman warganet pada aparat.
“haduh ya Allah aku udah balik kampung cuman krn tempat rantauankubsekarang di malang jadi khawatir banget sama keadaan disana sekarang.. apalagi banyak mahasiswa, warga, bahkan medis dan perempuan yang jadi korban😭😭😭 sedih banget sediih.. kenapa aparat jadi kelewat batas😭😭😭,” ungkap @528yas.
“Malang bener-bener chaos, I hope y’all burn in hell. Gedung yang terbakar itu cuma simulasi. Masih gak kapok dan lupa sama tragedi Kanjuruhan ternyata. Jurnalis bahkan tenaga medis aja dihajar, dipukuli. Terus rakyat mana yang dilindungi?” tanya @Primroselie.
“Seharusnya dapat penanganan medis, malah diperlakukan kayak kriminal. Situasi ini ga cuma pelanggaran prosedur kemanusiaan, tapi bukti terang-terangan gimana negara memperlakukan rakyatnya yg bersuara sebagai ancaman yg harus dibungkam, bahkan ketika tubuh mereka udah ga berdaya,” kata @toketriot.
“Gak usah teriak-teriak demo Malang anarkis cuma karena gedung kebakar, anggaran mereka banyak buat buzzer, bungkam suara rakyat sampai nutupin berita. Satu gedung hilang gak bikin rugi negara,” ujar @sensesual.
“menggeruduk safe zone, tenda, dan tenaga medis? sweeping sampai ke rumah sakit? memukul perempuan? memukul pers? polisi malang emang punya DNA kebrutalan yang lebih gendeng ketimbang parcok-parcok lain. di kanjuruhan, insting binatangnya bahkan dipakai untuk membantai 1 keluarga,” tulis @berfirmanlah.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video: Demo Besar-besaran Anti-Pemerintah di Serbia“
[Gambas:Video 20detik]
(afr/afr)