Jakarta –
Setelah melalui sejumlah uji coba, perangkat radio komunikasi kabarnya akan dipakai seluruh pebalap di MotoGP musim depan. Teknologi tersebut mirip Formula 1 atau F1 yang memungkinkan penggunanya berkomunikasi dengan race director dan kru tim.
Meski demikian, ada silang pendapat mengenai penggunaan radio komunikasi di MotoGP. Sebagian pebalap mengaku setuju, namun tak sedikit yang secara tegas menolaknya.
Maverick Vinales yang timnya telah menguji coba perangkat tersebut mengatakan, radio komunikasi perlu ada di MotoGP. Sebab, ketika ada kecelakaan parah di tengah lintasan, race director bisa menghubungi pebalap lain untuk memberikan peringatan.
“Ini bisa sangat menarik untuk keselamatan, misalnya jika terjadi kecelakaan, seorang pebalap di tengah lintasan, Race Direction dapat segera memperingatkan Anda,” ujar Vinales, dikutip dari Motorsport, Selasa (10/9).
“Jelas bahwa zaman telah berubah dan hal semacam ini membuat pertunjukan menjadi lebih menarik. Frasa favorit saya yang sudah bisa saya katakan kepada Anda adalah: Jangan ganggu saya!” tambahnya.
Tak semua pebalap setuju MotoGP pakai radio komunikasi. Foto: x.com/pramacracing
|
Kemudian Fabio Quartararo yang pertama kali menguji sistem tersebut pada 2022 menegaskan, radio komunikasi merupakan gagasan yang menarik. Namun, kata dia, masih ada sejumlah bagian yang harus disempurnakan.
“Saya pikir ini adalah ide yang bagus karena berbagai alasan. Kami masih memiliki jalan yang panjang karena dengan kebisingan motor, masih sulit untuk mendengar suara dengan baik,” tutur Quartararo.
“Saya kira ini sangat bagus untuk berkomunikasi saat sesuatu yang serius terjadi di lintasan. Jika ada oli di lintasan dan tidak ada yang tahu, misalnya,” lanjutnya.
Sementara dua murid Valentino Rossi, Fransesco Bagnaia dan Marco Bezzecchi mengaku tak setuju dengan sistem radio komunikasi di MotoGP. Menurut Bagnaia, teknologi tersebut hanya memberikan gangguan kepada pebalap saat perlombaan berlangsung.
“Saya tidak akan menggunakan perangkat seperti itu. Saya sudah mencoba alatnya dan itu menekan area tulang yang mulai terasa sakit dalam hitungan 30 detik. Kami sudah punya semua sistem informasi, seperi dasbor dan grafik, tidak perlu perangkat lain karena itu akan memberikan gangguan,” ungkapnya kepada GPOne.
Senada dengan Bagnaia, Bezzecchi juga tak mendukung adanya perangkat komunikasi tambahan di MotoGP. Sebab, ketika sedang melaju kencang, pebalap akan sulit mendengar orang lain berbicara.
“Sulit bagi saya mendengarkan seseorang selagi mengendarai motor. Saya tak merendahkan para pembalap mobil. Secara pribadi, saya tak tahu apakah saya bisa memahami apa yang tim katakan kepada saya. Dan apakah ini bisa berbahaya? Entahlah, toh saya takkan mendengarkannya,” kata Bezzecchi.
Realisasi Bertahap Radio Komunikasi MotoGP
Pekan lalu, petinggi Dorna Sports kabarnya telah mengadakan pertemuan khusus di Misano untuk membahas penggunaan teknologi tersebut. Bahkan, laman Motorsport bisa menjamin, radio komunikasi pasti diterapkan mulai musim depan.
Menurut sumber yang sama, penggunaan radio komunikasi di MotoGP akan dilakukan bertahap. Pada fase pertama musim depan, sistem hanya membolehkan race director yang berkomunikasi dengan pebalap. Itupun pesannya dibuat singkat, padat dan satu arah.
Radio komunikasi MotoGP. Foto: AP/Antonio Calanni
|
Kemudian pada fase kedua di musim 2026, radio komunikasi akan bekerja secara dua arah. Sehingga, selain mendengar arahan dan perintah, pebalap juga bisa membalasnya!
Meski belum punya tanggal implementasi yang jelas, namun radio komunikasi MotoGP bisa dipastikan mirip F1. Langkah tersebut sebagian besar bertujuan untuk memberikan nilai entertainment atau hiburan tambahan untuk penonton di layar kaca.
Dorna dan tim TV-nya telah mengerjakan sistem komunikasi radio selama bertahun-tahun. Pada 2022, beberapa pebalap memasang earpiece di helm mereka untuk menerima pesan dari race director dalam suatu uji coba di Jerez. Uji coba lainnya diadakan di Valencia untuk mengevaluasi sistem lebih lanjut.
(sfn/dry)