Jakarta –
Helikopter Bell 212 buatan Amerika Serikat yang jatuh ditumpangi Presiden Iran Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian dan beberapa anggota rombongan kemungkinan besar dibeli pada masa pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi alias sudah usang.
Bell 212 adalah versi non tempur dari UH-1N Twin Huey yang masih banyak digunakan secara global. Bell 212 yang berusia hampir 50 tahun itu dirancang untuk terbang dalam kondisi penerbangan visual, yang berarti pilot hanya mengandalkan kemampuan melihat untuk mengamati medan.
Kabut tebal dan badai kemungkinan besar menghambat pilot dan mungkin berkontribusi terhadap kecelakaan di barat laut Iran, sekitar 20 kilometer dari perbatasan dengan Azerbaijan. Daerah berhutan lebat ini terkenal dengan lereng gunung curam, sehingga sempat mempersulit upaya penyelamatan.
Para pejabat Iran mengatakan dua helikopter lainnya dalam konvoi kepresidenan yang terdiri dari tiga helikopter mendarat dengan selamat. Kurangnya informasi dari Teheran membuat rincian kecelakaan tersebut masih diselimuti misteri.
Bell 212, yang konon dioperasikan oleh Red Crescent Society of the Islamic Republic of Iran, kemungkinan besar dibeli sebelum Revolusi Islam 1979. Dikutip detikINET dari Euro News, Shah Mohammad Reza Pahlavi dari Iran memang dikenal karena kecintaannya pada penerbangan.
Namun, embargo senjata AS terhadap pemerintah Republik Islam Iran menyebabkan Angkatan Udara Republik Islam Iran kesulitan menghadapi kerusakan pada sebagian besar pesawat buatan Barat. Walau begitu, Teheran terus mengoperasikan pesawat dalam jumlah terbatas dengan kanibalisme terhadap armada yang ada dan merekayasa suku cadang yang sangat dibutuhkan.
Praktik ini dipadukan dengan pembelian senjata dan peralatan dari negara-negara seperti Uni Soviet dan China. Beberapa pesawat yang dibeli pada zaman Shah masih bertahan hingga hari ini. Perkiraan tahun 2024 oleh Flight Global menyatakan bahwa setidaknya dua Bell 212 masih beroperasi di negara tersebut.
Sanksi yang diterima oleh Iran berdampak terhadap pemeliharaan dan peningkatan armada pesawat militer hingga komersil. Itu sebabnya Iran memiliki armada penerbangan tua dengan usia rata-rata mencapai lebih dari 25 tahun.
Dalam wawancara program berita TV pemerintah, mantan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan sanksi AS terhadap penerbangan Iran adalah salah satu alasan utama kecelakaan itu.
“Mengenai sanksi Amerika yang kejam, AS adalah salah satu pihak paling bersalah dalam bencana kecelakaan kemarin karena, meski ada keputusan Mahkamah Internasional, mereka tetap memberi sanksi atas penjualan pesawat terbang dan suku cadang penerbangan dan tak mengizinkan masyarakat Iran mengakses transportasi udara yang baik. Ini akan dicatat dalam daftar kejahatan AS terhadap rakyat Iran dan cara mereka memperlakukan rakyat Iran,” cetusnya.
Diperkenalkan tahun 1968, Bell 212 dan beberapa variannya jadi andalan banyak operator militer dan sipil di seluruh dunia. UH-1N Twin Huey, versi militernya, digunakan AS dalam konflik, termasuk Perang Vietnam dan invasi Irak tahun 2003. Pesawat ini masih digunakan Angkatan Udara AS, Italia, Spanyol, Argentina, dan Arab Saudi.
Pada tahun 2024, Bell 212 sebagian besar dipertahankan oleh pasukan polisi di Slovenia, Kroasia, Serbia, Makedonia Utara, dan tempat lain, serta penjaga pantai Kanada dan Jepang.
Saksikan Live DetikSore:
Simak Video “Sederet Fakta Presiden Iran Tewas: Kecelakaan Heli-Wapres Ambil Alih Tugas“
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fay)