
Jakarta –
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Arif Havas Oegroseno mengatakan potensi konflik laut saat ini lebih tinggi dibanding 10 atau 20 tahun yang lalu. Arief mengatakan konflik di laut tak hanya terjadi di Laut China Selatan, tetapi terjadi di mana-mana.
Mulanya, Arief berbicara terkait pekerjaan rumah (PR) dari legacy ahli hukum laut internasional, Hasjim Djalal. Arief mengatakan salah satu warisan dari Hasjim ialah terkait pengelolaan potensi Laut China Selatan.
“Banyak sekali soalnya (PR-nya). Pertama, meneruskan workshop on South China Sea. Managing Potential Conflict on South China Sea, itu satu. Itu kita lakukan terus setiap tahun,” kata Arief di Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2025).
“Lalu yang kedua, ada beberapa studinya Bapak, yaitu penentuan penerangan pedalaman. Kita belum sempat. Lalu yang ketiga, military activities in IEZ. Itu belum. Lalu yang keempat, memanfaatkan seabed area yang ada di bawah International Seabed Authority,” sambungnya.
Arief mengatakan pihaknya akan memulai kembali untuk diskusi mengenai potensi konflik Laut China Selatan. Dia mengatakan akan mengundang para pakar terkait diskusi tersebut.
“Iya (akan diskusi). Kita akan melakukan kajian internal dulu ya. Kemudian kita akan undang para pakar hukum laut yang kita kenal di seluruh dunia. Mungkin dalam diskusi-diskusi bisa online, bisa Zoom. Ini kan tidak perlu datang kalau diskusi seperti ini,” jelasnya.
Arief pun mengatakan konflik tidak hanya terjadi di Laut China Selatan. Namun, menurut dia, konflik-konflik di laut juga banyak terjadi di mana-mana, seperti Timur Tengah, Laut Baltik, hingga Laut Utara.
“Di kita juga ada deployment kapal-kapal perang di Samudera Hindia. Jadi karena memang tidak keluar di media beritanya ya. Jadi banyak orang yang tidak tahu. Tapi sebenarnya kondisi yang potensial mengarah kepada konflik di laut itu zaman sekarang lebih tinggi daripada 10 tahun yang lalu atau 20 tahun yang lalu,” jelasnya.
“Jadi kita harus lihat lagi rules-nya seperti apa di laut. Ini mix, campuran nih antara hukum perang dan hukum laut. Dan ini tidak mudah,” imbuh dia.
Simak juga Video ‘Wamenlu Arrmanatha Heran Jika Serangan Israel di Gaza Bukan Genosida’:
(amw/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu