Jakarta –
PT Toyota Astra Motor (TAM) merespons pernyataan Persatuan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) yang secara keras menolak insentif mobil hybrid. Mereka mengaku tak mau ‘memusuhi’ berbagai teknologi yang mengarah pada green energy.
Berbeda dengan Periklindo, Toyota justru ingin ‘mengendorse’ seluruh teknologi hijau, termasuk hybrid. Sebab, selain bagus untuk lingkungan, teknologi tersebut juga baik untuk pasar roda empat Indonesia.
“Toyota tidak menolak teknologi apapun ya, kita tidak against mobil listrik, kita tidak against EV, justru kami mengendorse semua teknologi di dunia untuk mengurangi emisi. Lalu kedua untuk meningkatkan industri otomotif nasional,” ujar Anton Jimmi Suwandi selaku Direktur Pemasaran PT TAM, dikutip Senin (9/9).
Periklindo tolak insentif mobil hybrid. Foto: Doc. Septian Farhan Nurhuda
|
Anton juga mengimbau seluruh lapisan masyarakat, termasuk Periklindo untuk mendukung semua teknologi yang ada. Menurutnya, ini bukan perkara mana yang lebih baik antara hybrid atau listrik, melainkan bagaimana dampaknya untuk lingkungan.
“Imbauan kita ke masyarakat dan pemerintah, tujuan kita kan sama untuk mengurangi emisi, karbon netral, saya rasa kita harus merangkul semua teknologi kalau kita ingin mencapai itu,” tuturnya.
“Kita tidak bisa membayangkan BEV 100 persen di Indonesia, tidak mungkin. Harus ada kombinasi EV, hybrid, plug-in hybrid dan terakhir flexy fuel. Jadi dengan adanya semua teknologi ini, emisi berkurang dan industri perkembangan,” tambahnya.
Diberitakan detikOto sebelumnya, pernyataan sikap Periklindo yang menolak insentif mobil hybrid disampaikan di Cikini, Jakarta Pusat, pekan lalu. Mereka ingin, peralihan masyarakat ke mobil listrik berjalan lebih cepat.
“Periklindo sebagai satu-satunya perkumpulan industri kendaraan listrik di Indonesia, maaf, kami tidak mendukung (insentif) mobil hybrid. Kami menegaskan, kami tidak mendukung (insentif) mobil hybrid,” kata Tenggono Chuandra Phoa selaku Sekertaris Jenderal (Sekjend) Periklindo.
Mobil hybrid. Foto: Istimewa
|
Tenggono kemudian mengurai alasan mengapa pihaknya menolak pemberian insentif mobil hybrid. Menurutnya, kendaraan hibrida tersebut masih membutuhkan bahan bakar fosil. Sehingga tak sesuai dengan semangat hijau atau go green yang diserukan pemerintah.
“Karena kenapa? Hybrid masih menggunakan fosil dan fosil juga didukung subsidi pemerintah. Kalau subsidi pemerintah ditambah baterai lagi, nggak cocok lah. Kami menyatakan yang sama dengan Pak Menko Airlangga, maaf kami tidak mendukung hybrid,” terangnya.
“Kita masih harus melihat anak-cucu kita di masa depan sehat (karena udara yang bersih). Saya dapat kabar, tanggungan BPJS untuk sakit paru-paru itu cukup besar. Kita menghindari itu,” kata dia menambahkan.
(sfn/dry)