Jakarta –
Di Korea Selatan ada budaya unik dalam menangkap makanan laut segar di Pulau Jeju. Sekelom ‘haenyeo’ menjadi tumpuan penghasilan seafood yang segar.
Setiap negara bahkan daerah kecilpun memiliki budaya unik yang menjadi ciri khasnya masing-masing. Banyak kebudayaan-kebudayaan unik yang dapat dipelajari dan memperkaya negara itu sendiri.
UNESCO selaku lembaga yang berwenang untuk mencatat kekayaan budaya di dunia menyimpan data konkretnya. Ada salah satu budaya unik yang datang dari Korea Selatan terlepas dunia hiburan dan entertainnya.
Budaya ini datang dari pulau Jeju yang terkenal sebagai penghasil makanan laut segar di Korea Selatan. Ada sekelompok wanita yang ternyata menjadi tonggak penghasil seafood segar untuk dinikmati masyarakat hingga wisatawan di sana.
Para penyelam wanita di pulau Jeju tercatat sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan. Foto: UNESCO
|
Pada tahun 2016, UNESCO secara resmi mencatat budaya ‘Haenyeo’ sebagai Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan. Hanyeo merupakan sekelompok wanita yang memiliki keahlian khusus untuk menyelam ke dalam laut.
Uniknya para hanyeo hanya ditemukan di pulau Jeju dengan usia rata-rata sudah menginjak paruh baya. Tetapi mereka memiliki paru-paru yang kuat untuk menyelam sedalam 10 meter tanpa alat bantu pernapasan apapun.
Mereka bertugas untuk menangkap kerang, lobster, hingga abalone yang segar. Nantinya hasil tangkapan itu akan dikonsumsi sendiri di rumah maupun dijual kepada restoran seafood lokal untuk disajikan kepada pelanggan.
Abalon dengan kualitas terbaik bahkan bisa ditemukan di pulau Jeju berkat kerja keras para haenyeo. Setelah seafood ditangkap, biasanya haenyeo akan kembali berkumpul untuk membersihkan dan menyiapkan seafood mereka hingga siap diolah.
Setelah seafood ditangkap biasanya akan dibersihkan maupun dijual ke restoran lokal. Foto: UNESCO
|
Ada ritual khusus yang juga dilakukan agar selamat ketika menyelam dan mendapat seafood yang banyak. Doa dan permintaan kepada Jamsugut atau dewa laut dipanjatkan para haenyeo tepat sebelum menyelam.
Ilmu ini terus diwariskan turun temurun pada keluarga, nelayan lokal, dan semua orang yang ingin menjadi haenyeo. Kehadiran para haenyeo pula yang membuat orang-orang di pulau Jeju diandalkan dalam mengolah seafood.
Pasar basah yang selalu ramai dengan pelelangan ikan dan hasil tangkapan seolah terus memutar ekonomi warga lokal. Melihat dari efek sampingnya, metode penangkapan ikan yang dilakukan haenyeo jauh lebih aman untuk lingkungan.
Tak ada kail pancing yang menyakiti ikan atau bahan peledak yang merusak terumbu karang. Untuk menjadi haenyeo juga bukan perkara mudah, banyak wanita pulau Jeju yang sudah berlatih sejak usia belia demi menjadi haenyeo kebanggaan kampung halamannya.
(dfl/odi)