
Jakarta –
Penjual petai keliling yang sudah tua ini ngamuk saat dilarang berjualan oleh petugas setempat. Ternyata alasan di baliknya bikin sedih.
Di Malaysia, berjualan makanan secara keliling memang bukan hal yang baru. Akan tetapi ada beberapa wilayah di Malaysia, yang memang melarang seseorang berjualan makanan atau produk lainnya tanpa izin.
Dilansir dari WOB (24/03), baru-baru ini ada seorang pria tua yang berjualan petai menggunakan sepeda motor di kawasan Port Dickson. Penjual itu awalnya dihampiri petugas berwajib yang melarangnya untuk berjualan petai di area sana.
Namun, alih-alih menuruti perintah dari petugas itu, penjual petai ini langsung marah dan ngamuk saat dilarang berjualan. Ia langsung membanting petai yang dijualnya ke jalanan sampai videonya viral dan membuat netizen di Malaysia jadi penasaran.
Penjual Petai Ini Ngamuk Saat Dilarang Jualan, Alasannya Bikin Sedih! Foto: Site/SinarHarian
|
Karena videonya yang viral, pemerintah setempat di Port Dickson langsung mencari penjual petai itu. Penjual ini ternyata bernama Mohd Noor Saad dan sudah berusia 67 tahun. Noor mengungkapkan bahwa berjualan petai ini sangat membantunya untuk menyambung kenidupan.
Meski ia tidak bisa berjualan petai setiap harinya karena tergantung pada stok petai yang dikirimkan warga pedalaman di Kuala Pilah, Negeri Sembilan. Jadi ia sehari-hari beejualan pucuk ubi juga.
“Selain jualan perai, saya terkadang juga menjual pucuk ubi. Uangnya itu saya tabung untuk biaya operasi mata istri saya. Dia sudah tidak bisa melihat karena penyakit katarak yang dideritanya,” jelas Noor.
Noor juga tak ingin merepotkan anak-anaknya, sehingga dirinya lah yang berjuang berjualan petai hingga pucuk ubi menggunakan sepeda motornya yang sudah usang.
“Anak-anak kami semuanya sudah menikah. Mereka punya pekerjaan yang biasa saja, dan putri saya itu hanya ibu rumah tangga. Saya tak mau merepotkan mereka, karena saya juga dapat bantuan dari pemerintah sebanyak RM 500 per bulannya,” tutur Noor.
![]() |
Setiap harinya Noor membawa petai sebanyak 30 puluh ikat, dengan enam renceng petai dihargai RM 10. Harga yang cukup murah karena petai terkadang memiliki harga yang mahal di beberapa tempat dan toko.
Menanggapi hal ini pihak pemerintah setempat yaitu Port Dickson Municipal Council (MPPD), sudah mengunjunginya dan memberikannya izin berjualan petai secara keliling untuk sementara waktu. Noor mengaku memang ia sempat emosi saat dilarang berjualan karena harus menabung biaya pengobatan sang istri, akan tetapi kini masalahnya sudah berakhir dan Noor bisa berjualan seperti biasa.
Kisahnya ini mendpatkan banyak reaksi positif dan simpati dari netizen Malaysia, yang kagum akan perjuangan Noor di usian yang sudah tak muda lagi.
(sob/odi)