Jakarta –
Sistem layanan kesehatan di Korea Selatan berada di tengah ancaman ‘krisis’ dokter bila aksi mogok kerja dan resign massal terus berlanjut. Bahkan, sejumlah profesor kedokteran bakal ikut mengundurkan diri mulai pekan depan Senin (25/3/2024) jika pemerintah terus memperbanyak kuota pembukaan fakultas kedokteran, dengan dalih kekurangan dokter.
Para dokter menilai langkah mencetak dokter sebanyak-banyaknya tidak tepat, alias mengesampingkan kualitas SDM, yang nantinya dikhawatirkan bisa membahayakan keselamatan pasien, terlebih bila berujung malpraktek.
Sejumlah profesor kedokteran, yang seringkali memiliki peran ganda sebagai dokter di rumah sakit, mengakhiri keterlibatan mereka dalam perawatan pasien dan prosedur bedah mulai pekan depan. Padahal, selama ini mereka sebagai dokter senior membantu mengisi kekosongan pelayanan imbas mogok kerja para dokter muda.
Namun, belakangan, mendukung protes mayoritas dokter terkait kebijakan baru, profesor kedokteran ikut memprotes kebijakan penanganan Korsel terkait jumlah dokter.
Dari 20 universitas kedokteran, 16 di antaranya sangat mendukung pengajuan surat pengunduran diri, sementara empat fakultas lainnya masih mengumpulkan pendapat apakah akan ikut serta dalam langkah tersebut. Nama-nama sekolah tersebut belum terungkap.
Menyusul pengumuman itu, Menteri Kesehatan Cho Kyoo-hong menyatakan keprihatinan mendalam atas tindakan kolektif para profesor pada pertemuan Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan di hari Minggu, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut dapat membahayakan nyawa dan kondisi kesehatan pasien.
“(Pemerintah) berharap para profesor bisa mendampingi pasiennya untuk mencegah kekhawatiran publik yang semakin besar. (Kami) akan secara aktif mendengarkan pendapat para profesor,” kata Cho dalam siaran persnya.
Pernyataan tersebut muncul setelah kelompok profesor pada hari Sabtu mengatakan kalangan medis dapat menemukan jalan tengah jika pemerintah mundur dari penambahan 2.000 kuota untuk penerimaan sekolah kedokteran dari saat ini 3.508 fakultas kedokteran.
Pengakuan Profesor Kedokteran di Korsel
Bang Jae-seung, Ketua Komite Darurat Profesor Sekolah Kedokteran, menggambarkan tindakan para profesor sebagai tekad untuk menyelesaikan situasi dengan cepat, meskipun mendapat kritik keras dari masyarakat.
“Keputusan (kami) untuk meninggalkan sekolah dan rumah sakit datang dengan berat hati. Namun pilihan ini merupakan upaya terakhir bagi para ahli (medis) untuk meningkatkan dan mengarahkan sektor pelayanan kesehatan penting ke arah yang lebih baik,” ujarnya.
Meski demikian, Bang mengatakan para profesor kedokteran akan tetap menduduki jabatannya hingga proses pengunduran diri selesai.
Lebih banyak profesor kedokteran kemungkinan akan mengikuti tekanan pemerintah untuk mencari terobosan dengan mengajukan pengunduran diri mereka.
Komite tanggap darurat yang terdiri dari para profesor di fakultas kedokteran Universitas Nasional Kangwon pada hari Sabtu sepakat untuk mundur secara individual dari jabatan mereka jika pemerintah tidak juga melakukan dialog dengan para dokter.
Mayoritas profesor kedokteran di Universitas Ajou, Universitas Nasional Jeonbuk, Universitas Wonkwang, dan Universitas Konyang menjawab dalam survei internal mereka bahwa mendukung keputusan untuk mengambil tindakan.
Para profesor di Universitas Nasional Pusan berencana untuk melakukan survei minggu ini, serta menentukan tanggal spesifik dan metode pengajuan pengunduran diri mereka, tambah laporan.
Simak Video “Hanya 3% Dokter Korsel yang Balik Kerja Seusai Diultimatum Pemerintah“
[Gambas:Video 20detik]