
Sukabumi –
Sehelai rambut hewan yang diduga milik harimau Jawa diteliti oleh tim dari BRIN. Begini penampakan sehelai rambut itu:
Sehelai rambut ini ditemukan oleh warga menempel di pagar bambu dekat pemukiman masyarakat desa Cipendeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat.
Rambut itu kemudian diteliti oleh tim peneliti dari BRIN, BKSDA dan Yayasan Bentang Edukasi Lestari Bogor. Hasil penelitian itu kemudian diterbitkan di jurnal Oryx, terbitan Cambridge University Press pada 21 Maret 2024.
Meskipun hasil tes DNA tidak mencapai 100 persen atau hanya 97 persen, hal itu sudah cukup untuk membuktikan eksistensi keberadaan Harimau Jawa yang disebut telah punah di tahun 1980.
Dari foto yang diterima, sehelai rambut yang diteliti tersebut terlihat tipis. Dengan tiga warna, kecoklatan, kuning dan putih. Menurut BRIN, pengujian DNA dilakukan dari akar rambut tersebut.
“Alhamdulillah itu sampel itu kebawa sampai ke akar, karena DNA kan ada di ujung rambut di akar. Untung ada tapi memang kami melakukan berulang-ulang melakukan ekstrak untuk mendapatkan gen target itu harus berulang,” jelas Wirdateti, Peneliti mamalia, Ahli Utama Pusat Riset Biosistematik dan Evolusi BRIN, Sabtu (23/3/2024).
Proses pencocokan pun dilakukan dengan membandingkan sampel sehelai rambut diduga harimau Jawa dengan sampel milik subspesies harimau lain dari Sumatra dan sampel milik macan tutul.
Dari penelitian yang dilakukan, Teti menuturkan pohon filogenetik atau pohon evolusi menunjukkan bahwa sampel diduga rambut harimau Jawa, tidak termasuk dalam kelompok yang sama dengan spesimen harimau Sumatra hingga macan tutul.
“Jadi dari kelompok itu, harimau Jawa mendekat ke macan tutul, tapi kelompoknya yang dekat tapi kalau secara genetik itu lebih dekat ke harimau Sumatra, jauh ke macan tutul. Berarti kan ini bukan harimau Sumatra,” ungkapnya.
Barulah kemudian tim peneliti mengambil sampel rambut harimau Jawa yang tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, Bogor. Di sana kata dia terdapat dua sampel yakni harimau Jawa dari Jawa Barat dan Jawa Timur.
“Barulah saya ambil untuk meyakinkan, harus punya kontrol spesies yang sama dari Jawa, kebetulan kami punya di museum Zoologicum Bogor, ada spesimen lama harimau dari Jabar dan Jatim,” katanya.
Tim peneliti kemudian kembali mengambil sampel harimau Sumatera baik yang sudah lama maupun yang masih baru.
Hasilnya, sehelai rambut yang diduga harimau Jawa di Sukabumi itu masuk ke dalam kelompok yang sama dengan spesimen harimau Jawa yang ada di museum.
“Di situ kemudian kami analisa lagi, itu ternyata rambut dugaan harimau Jawa ini, mengelompokkan dengan spesimen harimau Jawa Barat ini (dari museum). Di situlah saya yakin benar ini harimau Jawa, rambut ini,” ungkap Teti.
Apakah Harimau Jawa Masih Ada di Alam?
Namun, Teti belum bisa menjelaskan apakah setelah dipastikan sehelai rambut di Sukabumi itu milik harimau Jawa, hewan karnivora yang sudah lama dinyatakan punah itu benar-benar masih ada hingga sekarang.
“Ada di alam atau tidak, saya tidak tahu karena tidak ada bukti. Tetapi dari laporan menyatakan, saya yakin itu (helai rambut) harimau Jawa,” tutup Teti.
Teti juga menjelaskan hasil test DNA spesimen tersebut 97 persen. ketika disandingkan dengan sampel yang ada.
“Jadi kesamaannya itu, kan (sampel museum) 91 tahun lalu di spesimen itu, jadi ada perbedaan. Kesamaan (sehelai rambut) dengan harimau Jawa spesimen itu sekitar 97 persen, jadi ada perbedaan sekitar 3 persen,” ungkap Teti.
Wirdateti menjelaskan selain mencocokkan dengan sampel spesimen harimau Jawa di museum Bogor, tim peneliti juga mencocokkan sehelai rambut diduga harimau Jawa dengan sampel macan tutul dan harimau Sumatera.
Hasil pencocokan antara macan tutul dan harimau Sumatera kata Wirdateti, jauh dengan hasil pencocokan dengan spesimen harimau Jawa yang tersimpan di museum Bogor.
“Antara harimau yang dugaan rambut dibandingkan dengan macan tutul 8 persen, kalau dengan sumatera itu sekitar 7 persen. Tapi kalau dengan spesimen harimau Jawa (di museum) itu 3 persen. Jadi tidak mungkin itu macan tutul, iya kan, jauh sekali sudah beda spesies,” ungkapnya.
Karena itu, BRIN kemudian menyimpulkan dan membuat laporan terkait penelitian sehelai rambut yang diduga harimau Jawa yang ditemukan di Sukabumi adalah benar berasal dari harimau Jawa.
Tapi dengan tegas Wirdateti menyatakan, benar tidaknya masih ada harimau Jawa yang sudah sejak lama dikatakan punah ini masih hidup di alam bebas, masih perlu diteliti lebih lanjut.
“Jadi itu menunjukkan bahwa rambut yang ditemukan itu benar adalah harimau Jawa, tapi ada benar tidaknya (masih ada) di alam, penelitiannya harus dilanjutkan, kan hanya satu sampel, harus perlu pengamatan lapangan lagi, penelitian genetik lagi,” ucap Teti.
“Inikan hanya pembuktian ilmiah saja bahwa meyakinkan yang dikatakan sudah punah itu masih ada, tapi kalau mana bukti fisiknya, itu yang belum ada dan harus pengamatan lebih lanjut,” pungkasnya.
——-
Artikel ini telah naik di detikJabar.
Simak Video “Alasan Jurnal Ilmiah Indonesia Wajib Publikasi Internasional“
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)