
Jakarta –
Pembangunan bandara baru di kawasan Bali Utara dinilai pakar pariwisata Taufan Rahmadi sebagai inovasi yang baik, sekaligus untuk pemerataan ekonomi.
Pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sedang mengkaji pembangunan sebuah bandara baru di wilayah Bali Utara.
Pakar Strategi Pariwisata Nasional, Taufan Rahmadi menyebut, pembangunan Bandara Internasional Bali Utara adalah kebutuhan untuk pemerataan ekonomi di Pulau Dewata antara bagian utara dan selatan.
“Pertimbangan pembangunan bandara di Bali Utara ini sudah lama. Menurut saya memang diperlukan karena ini sebuah kebutuhan untuk pemerataan ekonomi di seluruh pulau Bali,” ujar Taufan Rahmadi.
Apalagi masyarakat dan para tokoh di daerah setempat juga sudah menyetujui tentang adanya pembangunan bandara di Bali Utara itu.
Menurut Taufan, pembangunan bandara di Buleleng itu tidak bisa ditunda, apalagi kajian mengatakan perlu pembangunan infrastruktur tersebut sebagai upaya pemerataan ekonomi.
“Kita tidak bisa melihat perekonomian Bali hanya dari Kabupaten Badung saja. Tetapi juga harus melihat perekonomian di Kabupaten Buleleng dan lainnya. Keberadaan bandara di Bali Utara akan menciptakan lapangan kerja yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan sekitar,” ujarnya.
Pengamat pariwisata, Taufan Rahmadi Foto: (dok. Istimewa)
|
Pembangunan Bandara Bali Utara bahkan harus dimasukkan kembali dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). karena bagian dari rencana pembangunan jangka panjang Indonesia ke depan.
“Ini kan sempat dikeluarkan dari daftar PSN, harus dimasukkan kembali. Kalau seandainya pemerintahan sekarang tidak melakukannya, saya yakin di pemerintahan berikutnya akan menjadi prioritas,” ucap Dewan Pakar TKN bidang parekraf ini.
Taufan melihat Bandara I Gusti Ngurah Rai bakal overload dalam 10 tahun mendatang. Proyeksi tersebut didasarkan pada landasan pacu yang hanya satu, serta peningkatan wisatawan ke Bali.
“Perlu ada penopang operasional Bandara I Gusti Ngurah Rai, dan harus dipikirkan secara matang jika ingin membangun bandara baru di Pulau Dewata. Konektivitas harus dirancang matang pula untuk Bandara Bali Utara, misalnya membangun jalan tol, serta daya tarik pariwisata kawasan utara,” jelasnya.
Menurutnya, Bali Utara itu ada daya tarik, sehingga tidak semua penumpang yang mendarat di utara itu harus ke selatan. Sebab itu pariwisatanya juga harus dikembangkan secara masif,” tutur mantan Ketua Tim Percepatan Destinasi Prioritas Mandalika ini.
Dia mengatakan, kemajuan pembangunan harus membuat arah Bali lebih indah dan elok tanpa merusak kepribadian Bali.
“Pembangunan sangat diperlukan, tapi tentu saja jangan merusak kepribadian Bali, seluruh masyarakat Bali harus sejahtera melalui pariwisata dan ekonomi kreatif serta kebudayaan,” tuturnya.
Berdasarkan data, Buleleng merupakan Kabupaten termiskin di Bali. Beda sama Bali Selatan yang bergelimang cuan. Kemajuan dan kesejahteraan warga Buleleng berbanding terbalik dengan kondisi warga di wilayah pesisir selatan Bali, atau di kawasan Denpasar dan sekitarnya, sehingga perlu pemerataan.
“Itulah kenapa menyampaikan pembangunan bandara di Bali Utara merupakan kebutuhan. Salah satunya untuk merangsang pembangunan infrastruktur lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali Utara. Sekali saya tegaskan tanpa merusak ciri khas Bali yang sudah sangat kuat,” tutupnya.
Simak Video “Jokowi Kenang Gempa Palu saat Resmikan 4 Bandara di Sulawesi“
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)