Jakarta –
Pattaya sedang mengatasi berbagai masalah sosial yang mendera. Pemerintah menertibkan tunawisma dan menekankan pentingnya kebersihan dan keamanan.
Melansir Pattaya Mail, Kamis (23/1/2025) Wali Kota Pattaya Poramet Ngamphichet memerintahkan sejumlah departemen terkait untuk segera mengambil tindakan agar persoalan sosial itu teratas. Mulai dari Divisi Kesejahteraan Sosial, Departemen Bantuan Sosial, dan Unit Penjaga Perdamaian Balai Kota, hingga Pusat Perlindungan Tunawisma Chonburi.
Persoalan yang menjadi prioritas untuk ditangani adalah mengatasi masalah tunawisma, pengemis, dan perdagangan manusia di sekitar kota.
Tim itu terjun ke lapangan untuk membantu mengorganisasi tunawisma dan penghuni jalanan yang berada di sepanjang Jalan Pantai Pattaya, Pantai Jomtien, Pantai Dong Tan, dan Pantai Yinyom. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kondisi lingkungan kota agar lebih nyaman dan aman bagi penduduk serta wisatawan.
Poramet juga menekankan pentingnya menjaga Pattaya tetap bersih dan tertib agar kota tersebut terus mempertahankan statusnya sebagai destinasi wisata yang menarik dan ramah pengunjung.
Ia pun mengingatkan masyarakat untuk melaporkan segala masalah yang berkaitan dengan pengemis, perdagangan manusia, atau isu sosial lainnya melalui hotline Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia di nomor 1300 yang tersedia sepanjang waktu, untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut.
Seperti yang diketahui, Pattaya adalah destinasi favorit di Thailand yang menjadi tujuan turis dari berbagai negara. Hal itu sudah tak bisa dipungkiri karena selain daya tarik alamnya yang indah, bagi turis pecinta kehidupan malam pun Pattaya adalah surganya.
Namun di sisi lain, penegakan hukum dan pengetatan pengawasan petugas di sana juga perlu ditingkatkan. Karena mengingat banyak kejadian-kejadian kriminal yang terjadi di Pattaya, sebagai contoh yang belum lama ini terjadi yakni turis diserang oleh warlok, Kamis lalu.
Laporan saksi mata menyatakan para remaja di sana menyasar turis saat melintas mendekati mereka. Remaja-remaja itu secara terencana mengeplak kepala turis secara acak.
Selain itu, terjadi tindakan kriminal, seperti pencopetan dan kekerasan yang kerap terjadi di wilayah favorit wisata tersebut.
(upd/fem)