Jakarta –
Pajero lagi, Pajero lagi. Aksi arogan itu lagi-lagi ditunjukkan oleh pengemudi Pajero Sport. Diketahui pengemudinya merupakan oknum polisi yang tak sabaran.
Aksi pengemudi arogan terulang lagi. Untuk kesekian kalinya, aksi arogan itu dilakukan oleh pengemudi mobil bongsor sekelas Pajero Sport. Tidak heran kalau pengemudi SUV-SUV besar sejenis Pajero Sport ataupun Fortuner kerap dicap arogan gegara rentetan tingkah agresif yang dilakukan.
Terbaru, tingkah arogan itu ditunjukkan oleh pengemudi Pajero Sport di gerbang tol Binjai. Pengemudi Pajero Sport nekat menyeruduk Toyota Avanza yang tengah berhenti di gerbang tol. Usut punya usut, Avanza tersebut kehabisan saldo e-Toll. Istri pengemudi Avanza diketahui tengah mengisi saldo dan tiba-tiba datang pengemudi Pajero tak sabaran menghantam mobil sejuta umat tersebut.
Setelah insiden Avanza ditabrak, cekcok pun tak terhindarkan. Pengemudi Pajero Sport kemudian meminta agar pengendara Avanza menepi setelah keluar tol. Bukannya meminta maaf, diketahui pengemudi Pajero justru memamerkan Kartu Tanda Anggota (KTA) polisi dan senjata api. Pengemudi Pajero Sport itu diketahui oknum Polda Sumut berinisial AKP HS, personel Satbrimob. Tak cuma itu, pengemudi Pajero juga kembali menabrak Avanza dengan cara memundurkan mobilnya.
Insiden seperti itu harusnya bisa dihindari. Namun pada kenyataannya, pengemudi dengan kendaraan tertentu dalam hal ini Pajero Sport terus mengulanginya. Belum hilang dari ingatan ada pengemudi Fortuner yang arogan dan menggunakan pelat dinas TNI. Pelat dinas TNI itu bukan miliknya, melainkan dipinjamkan oleh sang kakak. Pelat tersebut juga sudah kedaluwarsa dan dimanfaatkan untuk memperoleh keistimewaan di jalan seperti bebas dari ganjil genap. Lebih mengejutkannya lagi, pengemudi Fortuner itu merupakan karyawan swasta dan bukan anggota TNI.
Peristiwa itu harusnya bisa menjadi pembelajaran. Sayangnya bukan belajar dari kesalahan yang ada justru diulangi dengan pola yang sama dengan kendaraan serupa.
“Secara psikologis, besar kendaraan akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang, pasti akan lebih pede dan tinggi hati saat kita berada di belakang kemudi kendaraan yg lebih besar ketimbang kendaraan kecil,” ungkap Trainer & Program Development GDDC (Global Defensive Driving Consulting) Andry Berlianto saat dihubungi detikOto.
Hal itu juga memicu pengendara seolah menginginkan pengakuan bahwa dirinya lebih tinggi ataupun berkuasa dari yang lain. Seharusnya pengendara harusnya bisa lebih mengontrol dirinya. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, saat merasa percaya diri pengemudi malah bersikap arogan.
“Nah dari sini menjadi PR pengemudi untuk bisa mengontrol emosi dan psikologi agar bisa tetap tertata baik,” tambah Andry.
Buat pengendara, insiden ini kembali bisa jadi pelajaran. Saat berada di jalan, usahakan untuk selalu mengontrol emosi. Tidak perlu terpancing dengan pengendara-pengendara yang bersikap agresif. Lebih baik mengalah dan tidak perlu terlibat dalam masalah.
“Defensive Driving tidak mempelajari bagaimana kita mengatasi masalah tapi mempelajari bagimana agar kita tidak masuk dalam masalah,” pungkas Andry.
Simak Video “Ferrari-Pajero Sport Balap Liar di Palembang, Driver Diamankan-Ditilang“
[Gambas:Video 20detik]
(dry/din)