Banyuwangi –
Masalah stunting bisa diatasi dengan pola makan bernutrisi tepat. Untuk asupan zat besi, inovasi padi biofortifikasi yang menghasilkan beras tinggi zat besi bisa jadi solusi.
Saat ini 30% populasi dunia, khususnya anak-anak dinyatakan berisiko kekurangan zat gizi penting seperti Fe (besi) dan Zn (seng). Kondisi defisiensi zat gizi mikro kronis ini patut diwaspadai karena dalam jangka panjang dapat memicu stunting.
Selain itu kasus stunting pada anak juga bisa disebabkan oleh defisiensi zat gizi yang dialami seorang ibu ketika hamil. Karenanya penting mencukupi kebutuhan zat gizi makro dan mikro pada ibu hamil dan anak, terutama pada 1.000 hari pertama hidupnya.
Menurut Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH selaku Medical & Science Director Danone Indonesia. “Dari sebelum Indonesia merdeka, sampai sekarang masih ada masalah anemia dan stunting. Sudah banyak studi menunjukkan (penyebabnya adalah) asupan zat besi kurang mencukupi karena variasi (makanan)nya kurang.”
Padi biofortifikasi menghasilkan beras tinggi zat besi yang dipasarkan dengan merek Sun Rice of Java. Foto: detikfood
|
Ia menambahkan, “Solusi yang paling strategis adalah penyediaan pangan makanan sehari-hari. Pilihan difortifikasi ideal agar dikonsumsi semua lapisan. Beras otomatis menjadi pilihan karena merupakan pangan utama orang Indonesia.”
Hal inilah yang mendasari AQUA mengembangkan program pertanian padi biofortifikasi yang diharapkan dapat mencukupi kebutuhan zat zinc dan besi. Kedua zat gizi mikro ini dibutuhkan tubuh untuk pencegahan stunting.
Jelajah Gizi 2024 (6/11/2024) mengajak pesertanya mengunjungi lahan pertanian padi biofortifikasi di Desa Benelan Kidul, Banyuwangi dengan luas 10 hektar. Turut hadir dalam talkshow, Wahyudi dari Pandawa Agri yang mendampingi para petani biofortifikasi sejak 2020.
Ia menjelaskan, “Beras biofortifikasi itu beras yang memang dari padinya sudah didesain mengandung lebih tinggi zinc dan Fe (besi). Sedangkan kalau beras fortifikasi itu semacam kayak dikasih bumbu (pada beras yang sudah ada).”
Beras biofortifikasi didesain dari laboratorium, mulai dari persilangan ketika peneliti membuat varietas beras ini.
Ratih Anggraeni selaku Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia mengatakan hasil uji sampel beras fortifikasi ini menunjukkan kandungan zinc dan Fe (besi) 3 kali lebih banyak dari beras lain yang ditanam petani di wilayah tersebut.
Menariknya lagi, pertanian padi biofortifikasi ini menerapkan teknologi reduktan sehingga mengurangi pestisida hingga 50%, mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 25%, menurunkan penggunaan air irigasi hingga 49%, dan mengukur serta mengurangi emisi karbon terkait dengan praktik pertanian.
Pertanian padi biofortifikasi juga ramah lingkungan karena minim penggunaan pestisida. Foto: Shutterstock
|
Pertanian padi biofortifikasi juga didukung oleh Bulog Indonesia, seperti yang diungkap Krishnayudha Tri Pamungkas selaku Pimpinan Cabang Bulog Kabupaten Banyuwangi. Ia menuturkan hal ini sejalan dengan perintah presiden untuk menjaga ketahanan pangan.
“Bulog ingin memberikan nilai tambah pada produk. Salah satunya melalui beras fortifikasi bernama Sun Rice of Java ini. Hasil panen di sini sudah kami serap dan dibawa ke sentra penggilingan padi,” ujarnya.
Menurut Krishnayudha, pertanian padi biofortifikasi sekaligus mempromosikan pertanian lokal. Dengan hasil yang maksimal dimana harga jualnya masih bisa sama dengan beras premium lain, mulai dari Rp 14.900 per kilogram. Pun rasanya tak berbeda dengan jenis beras lain.
(adr/odi)