Jakarta –
Gelombang PHK karyawan kembali melanda lembaga antariksa NASA. Divisi Jet Propulsion Laboratory di California yang terkena dampaknya. Fungsi utama laboratorium ini adalah pembuatan dan pengoperasian pesawat ruang angkasa robotika.
Dikutip detikINET dari Futurism, JPL mengumumkan bahwa mereka akan mengucap selamat tinggal kepada 325 karyawan atau sekitar 5% dari tenaga kerjanya. Ini kedua kalinya tahun ini laboratorium penelitian tersebut mengurangi jumlah personelnya.
“Ini adalah pesan yang saya harapkan tak perlu saya tulis. Dengan anggaran lebih rendah dan berdasarkan perkiraan pekerjaan yang akan datang, kami harus mengencangkan ikat pinggang secara menyeluruh, dan Anda akan melihat hal itu tercermin sebagai PHK,” tulis direktur JPL Laurie Leshin dalam memo ke karyawan.
JPL sebelumnya sudah memberhentikan 530 karyawan bulan Februari atau 8% dari stafnya saat itu, terkait pemotongan anggaran. Misalnya, dana yang akan diterima lab dalam misi Mars Sample Return dikurangi drastis dari lebih dari USD 900 juta menjadi sekitar hanya USD 300 juta tahun ini. Masa depan misi tersebut pun masih belum pasti.
“Pengurangan ini tersebar di hampir semua area Lab termasuk area teknis, proyek, bisnis, dan dukungan kami,” tulis Leshin. Meski demikian, pengurangan tenaga kerja sebenarnya lebih rendah dari yang diproyeksikan beberapa bulan lalu.
NASA menghadapi penurunan anggaran dalam beberapa tahun terakhir. Badan antariksa itu memperjuangkan peningkatan anggaran untuk tahun 2024, tetapi malah mendapat pengurangan 2%. Bersamaan PHK massal, NASA membatalkan pengiriman penjelajah VIPER ke Bulan, walau sudah menghabiskan USD 450 juta untuk proyek tersebut.
NASA sebenarnya menghasilkan lebih dari USD 75,6 atau sekitar tiga kali lipat dari anggarannya sehingga dinilai NASA tidak mendapatkan uang yang layak diterimanya. Patut dilihat apakah nasib NASA akan lebih baik di masa Pemerintahan Donald Trump.
(fyk/afr)