![](https://i0.wp.com/awsimages.detik.net.id/api/wm/2025/02/04/bridgestone-indonesia_169.jpeg?wid=54&w=650&v=1&t=jpeg&w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jakarta –
Mobil listrik makin menjamur di Indonesia, baik itu jenis hybrid maupun full battery. Berbeda dengan mobil bermesin konvensional, mobil listrik harus menggunakan ban yang memang dirancang khusus. Apa jadinya jika mobil listrik menggunakan ban yang peruntukannya untuk mobil konvensional?
Dijelaskan Deputy Head of OE Sales Bridgestone Tire Indonesia, Fisa Rizqiano, mobil listrik sah-sah saja menggunakan ban mobil konvensional. Tapi, hanya untuk jarak dekat. Jika mobil listrik menggunakan ban mobil konvensional untuk jarak jauh, maka dikhawatirkan menimbulkan risiko.
“Kalau dipakai dalam kota oke-oke saja, tetapi kalau misalnya jalan jauh konsekuensinya umur bannya lebih cepat aus. Kemudian, kalau rolling resistance tinggi, akan sangat mempengaruhi jarak tempuh (jadi lebih pendek),” ungkap Fisa kepada wartawan di arena Bridgestone Proving Ground Track, Karawang, Jawa Barat, Selasa (4/2/2025).
Maka dari itu, formula ban mobil listrik pun beda dengan formula ban mobil konvensional. Ban mobil listrik dirancang untuk memiliki ketahanan membawa beban yang lebih berat. Selain itu, ban juga dirancang bisa mengakomodasi performa mobil listrik yang memiliki akselerasi cekatan.
“Betul (ada perbedaan), ada juga karena faktor saat proses pembuatannya. Kemudian bahan bakunya itu juga baru, chemical ditambah, juga silika ditambah, dan sebagainya. Bukan hanya material tetapi juga cara pembuatannya,” sambung Fisa.
“Setidaknya dia (ban mobil listrik) harus memenuhi empat kriteria. Pertama, ban itu harus bisa mengakomodir beban mobil listrik yang lebih berat, kemudian torsi instan dan akselerasi tinggi, lalu harus silent, dan harus bisa provide jarak yang lebih jauh,” terangnya.
(lua/rgr)