
Jakarta –
Merek mobil asal China menyerbu pasar otomotif di Asia Tenggara. Mitsubishi yang sudah lama bermain di beberapa negara ASEAN tak gentar dengan invasi merek mobil China.
Mitsubishi Motors yakin bahwa mereka dapat bertahan menghadapi ancaman yang meningkat di ASEAN yang menjadi pasar terbesarnya. Dalam wawancara dengan Nikkei Asia, Wakil Presiden Eksekutif Mitsubishi Motors Tatsuo Nakamura mengatakan bahwa Mitsubishi masih selangkah lebih maju dari para pesaingnya dari China di kawasan ASEAN. Dia menyebutkan beberapa faktor utama seperti jaringan layanan yang luas, nilai jual kembali yang lebih unggul, dan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan di negara-negara ASEAN.
Nakamura mengatakan, akan butuh waktu bagi merek China untuk membangun jaringan layanan yang luas seperti yang dimiliki Mitsubishi di kawasan tersebut. Dengan tersedianya layanan dan suku cadang mobil yang mudah dijangkau pelanggan, kepercayaan dan ketenangan pikiran seperti itulah yang diklaim menjadi keunggulan Mitsubishi.
Bos Mitsubishi itu mengatakan perang harga yang sedang berlangsung di China juga merugikan pasar mobil baru dan bekas untuk kendaraan China. Dengan banyaknya dealer yang menawarkan diskon besar, hal ini memicu keluhan dari pelanggan lain yang telah membayar lebih untuk mendapatkan kendaraan tersebut yang kemudian berdampak negatif pada nilai sisa mobil saat dijual di pasar mobil bekas.
Mitsubishi juga mengandalkan kendaraannya yang dikembangkan khusus untuk kebutuhan kawasan ASEAN, seperti Xpander, Xforce, dan mobil baru berbasis DST concept. Mobil-mobil itu disebut lebih unggul karena memiliki kabin yang luas, sistem suspensi yang kuat untuk jalan yang kasar, dan ground clearance yang tinggi untuk menghadapi hujan lebat dan banjir di kawasan ASEAN.
Dalam hal elektrifikasi, Mitsubishi mengandalkan mobil hybrid untuk menghasilkan nilai lebih daripada menawarkan kendaraan listrik sepenuhnya. Sebab, urusan mobil listrik dianggap masih sangat terbatas dalam hal fasilitas pengisian daya baterai.
Mitsubishi masih yakin ASEAN bakal menyumbang 30 persen dari total penjualan untuk tahun 2025. Merek tersebut menyoroti pentingnya faktor-faktor itu untuk tetap bertahan di tengah persaingan merek China yang agresif.
(rgr/dry)