Jakarta –
Divisi VR Meta yang bernama Reality Labs mencatatkan pencapaian yang signifikan pada Q4 2024, yaitu menghasilkan pemasukan sebesar USD 1,1 miliar atau sekitar Rp 18 triliun, yang salah satunya berkat kesuksesan headset Quest 3.
Namun di sisi lain, dalam kuartal yang sama Reality Labs mencatatkan kerugian yang jauh lebih besar, yaitu USD 4,97 miliar, atau sekitar Rp 81,6 triliun. Kerugian ini sangat besar, dan berbanding terbalik dengan dominasi Meta di ranah VR gaming.
Kerugian besar itu utamanya disebabkan oleh investasi besar mereka di bagian riset dan pengembangan. Yaitu terkait rencana mereka menggelontorkan belanja modal antara USD 60 miliar sampai USD 65 miliar untuk tahun 2025 ini.
Belanja modal besar itu salah satunya ditujukan untuk pengembangan proyek ambisius Meta, yaitu Metaverse, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Senin (3/2/2025).
Meski mencatatkan rugi yang besar, Meta mengaku tetap berkomitmen untuk melakukan pengembangan hardware VR. Komitmen ini akan menguntungkan para pengembang game karena Meta akan terus meningkatkan kemampuan VR-nya untuk memenuhi permintaan pasar.
Misalnya Quest 3, yang menawarkan peningkatan hardware yang signifikan dibanding seri sebelumnya. Seperti kemampuan GPU yang dua kali lebih tinggi, juga kemampuan CPU dan memori yang meningkat. Alhasil, para para pengembang pun bisa membuat aplikasi yang lebih canggih.
Headset seri Meta Quest pun dianggap sebagai headset VR yang paling populer berdasarkan survei yang digelar State of the Game Industry. Dalam survei tersebut disebutkan ahwa 59% developer VR/AR membuat game untuk Meta Quest. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding platform VR lain, misalnya Steam VR yang hanya 31 persen, PlayStation VR 2 hanya 16%, dan Apple Vision Pro hanya 8%.
Namun dominasi Meta ini mungkin akan terusik ke depannya, terutama setelah muncul rumor Apple akan menggarap Vision Pro versi murah, yang nantinya akan lebih diprioritaskan dibanding Vision Pro, serta Google dan Samsung yang tengah menggarap XR lewat Project Moohan.
(asj/asj)