
Jakarta –
Kehadiran menu QR Code di banyak restoran berfungsi untuk memudahkan pengunjung. Akan tetapi menu digital ini justru mengundang pro kontra.
Semenjak pandemi COVID-19, banyak yang berubah di industri restoran salah satunya dengan mengganti buku menu, menjadi menu digital yang dipasang lewat QR Code. Caranya cukup sederhana, pengunjung hanya perlu scan QR Code tersebut menggunakan kamera ponsel.
Nantinya menu dari restoran tersebut akan terbuka, dan pembeli bisa langsung memesan makanan yang diinginkan dari ponsel mereka masing-masing. Cara ini awalnya digunakan untuk mencegah penyebaran COVID-19, dengan membatasi interaksi antara pengunjung dan pegawai restoran.
Namun belakangan, banyak orang yang justru mengeluhkan kehadiran menu QR Code ini. Dilansir dari WOB (04/03), baru-baru ini aktivis ternama asal Malaysia yaitu Kuan Chee Heng atau dikenal dengan nama Uncle Kentang, mengunggah curhatannya di akun Facebook miliknya.
Ia rupanya dibuat kesal oleh restoran yang hanya meneydiakan menu digital menggunakan QR Code. Padahal bagi pengunjung yang usianya sudah tua seperti dirinya, Uncle Kentang merasa lebih enak untuk memilih makanan dari buku menu seperti biasa.
Menu QR Code di Restoran Tuai Pro dan Kontra Banyak Orang Foto: Site News
|
“Hai! Saya paling malas kalau pergi ke restoran dan mereka meminta saya untuk scan QR Code buat menu. Saya ini sudah tua, pandangan saya sudah tidak tajam, mata saya kecil, sulit untuk melihat menu digital. Restoran yang peduli pada pengunjung lansia, seharusnya mennyediakan buku menu untuk lansia,” komplain Uncle Kentang.
Ia juga mengunggah sebuah video, yang menjelaskan bahwa restoran seharusnya memiliki dua menu. Yaitu buku menu fisik seperti biasa, lalu satunya lagi buku menu digital via QR Code. Tujuannya agar pengunjung lansia sepertinya lebih mudah untuk memilih menu.
Siapa sangka curhatan ini mengundang pro dan kontra pada penggunaan QR Code di restoran. Beberapa netizen setuju bahwa menu digital QR Code, membuat mereka malas makan di restoran tersebut.
![]() |
“Sangat setuju dengan opi ini. Saya langsung malas kalau makan di restoran tapi pakai menu QR Code,” komen salah satu netizen.
“Setuju! Saya juga benci sekali dengan menu QR Code, karena saya tipe orang yang sangat detail saat pesan makanan. Saya takut kalau pakai QR code, menu makanannya tidak terbaca semua,” lanjut netizen.
“QR Code itu bikin tampilan menu makanan jadi kecil, belum lagi kalau ponsel kita layarnya kecil, harus cari satu-satu makanan yang kita inginkan. Malah mempersulit kita saat memilih makanan apa yang mau kita pesan,” pungkas netizen lainnya.
Akan tetapi tetap ada netizen yang lebih suka menggunakan QR Code dibandingkan buku menu fisik.
“Kalau malas dengan QR Code, kita bisa pilih makan di warung tenda kaki lima, di mana kita bisa langsung bayar makanan dan pilih makanan tanpa harus scan apapun. Kalau misalnya sulit baca menu di QR Code, ya pakailah kacamata bukannya membuat alasan seperti ini. Menjadi orang yang sudah tua, seharusnya tidak dijadikan alasan untuk malas menghadapi perubahan kecil seperti ini,” tutup netizen lainnya.
Sampai sekarang penggunaan QR Code sebagai menu digital di restoran masih dilakukan di mana-mana. Bahkan ada restoran yang menerapkan sistem QR Code sebagai metode pemesanan sekaligus pembayaran.
(sob/odi)