Jakarta –
Internet kencang dan merata di Indonesia masih menjadi target untuk diwujudkan secara tuntas. Hal ini menjadi salah satu program Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid.
Meutya mengungkapkan di masa kepemimpinannya di Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), ia akan meningkatkan kualitas koneksi internet Indonesia.
Hal itu menjadi salah satu program jangka pendek yang akan dilakukan Meutya Hafid sebagai Menkomdigi di Kabinet Merah Putih. Meutya mengatakan Komdigi akan menyasar pergelaran 4G di selain daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (non-3T).
“Pergelaran infrastruktur dan peningkatan kualitas layanan 4G yang lebih merata bersama penyelenggara seluler di wilayah non-3T,” ujar Meutya di Gedung Nusantara II DPR, Jakarta, Selasa (5/11/2024).
Lebih lanjut, Meutya menargetkan, sebanyak 65 desa yang akan merasakan sinyal internet seperti daerah lainnya. Terkait 65 nama desa itu, Meutya tidak menyebutkan secara rinci.
Di saat Komdigi akan memeratakan dan mempercepat koneksi internet Indonesia, masih ada sinyal 2G yang dinilai jadi batu sandungan di era digital sekarang ini.
“Jadi, bapak-ibu di periode yang lalu dan sebelumnya kita telah mencapai jangkauan 97% konektivitas. Namun demikian, ini belum ada artinya kalau memang koneksinya masih sebagian 2G. Jadi, artinya sangat lambat,” tuturnya.
Sebagai informasi, jaringan seluler yang aktif digunakan saat ini ada sinyal 2G, 4G, dan 5G. Seiring dengan keterbatasan pita frekuensi dan makin masifnya layanan digital, operator seluler membutuhkan spektrum baru agar koneksi makin kencang.
Komdigi berencana akan melakukan lelang frekuensi untuk pita frekuensi 700 MHz, 2,6 GHz, dan 26 GHz.
Sebagai informasi, frekuensi 700 MHz yang sebelumnya dipakai untuk penyiaran analog, kini menghasilkan digital dividen 112 MHz setelah diterapkannya penghentian siaran TV analog dan dialihkan TV digital atau dikenal dengan Analog Switch Off (ASO). Dari 112 MHz itu, 2 x 45 MHz atau 90 MHz dialokasikan untuk layanan telekomunikasi.
Sedangkan, pita frekuensi 2,6 GHz sedang digunakan untuk layanan penyiaran berbasis satelit atau broadcasting satellite service (BSS) dengan memanfaatkan bandwidth 150 MHz yang berada di rentang 2.520-2.670 MHz.
Adapun, frekuensi 26 GHz ini memiliki lebar pita 2,7 GHz yang cocok untuk layanan 5G. Dari keempat operator seluler yang beroperasi, semuanya menyatakan minat mengikuti lelang frekuensi tersebut.
(agt/fay)