
Jakarta –
Ramadan ini menorehkan banyak cerita indah soal toleransi beragama. Salah satunya kisah pelanggan China nonmuslim (nonis) ini yang baru menyantap makanannya di restoran usai azan magrib.
Selama ramadan, di negara dengan penduduk mayoritas muslim seperti Indonesia dan Malaysia, terjadi banyak hal soal toleransi antarumat beragama. Para nonis amat menghormati muslim yang tengah berpuasa.
Tak jarang mereka ikut larut dalam tradisi berpuasa seperti berburu takjil atau semangat menantikan azan magrib yang merupakan tanda waktu buka puasa.
Beberapa nonis bahkan ikut berpuasa jika mereka sedang makan di luar, tapi belum memasuki jam magrib. Alhasil mereka menunggu azan berkumandang, barulah menyantap makanannya sebagai bentuk menghargai muslim.
Kisah ini baru saja terjadi di Malaysia. Mengutip Weird Kaya (1/4/2024), influencer bernama Mohd Fadli Salleh atau dikenal sebagai Cikgu Fadil, membagikan kisahnya di Facebook saat hendak buka puasa di restoran buffet.
Ia menyoroti pelanggan China nonis yang terlihat ikut acara buka puasa bersama teman-teman muslim dan keluarga. “Saya buka puasa di luar. Di sini, banyak orang China mengambil kesempatan ikut buka bersama untuk makan bersama teman dan keluarga. Yang menarik, mereka ambil makanan dan minuman, menyusunnya di meja, tapi tidak memakannya,” kata Cikgu Fadil.
Seorang pelanggan China nonis kedapatan menghormati muslim karena belum makan sebelum azan magrib berkumandang. Foto: Weird Kaya
|
Meskipun makanan telah tersaji di hadapan mereka, mereka dengan penuh hormat menunggu sampai azan magrib. Ini menunjukkan rasa saling menghormati dan keharmonisan yang mendalam.
“Meja mereka terpisah dari kelompok muslim. Bahkan jika mereka langsung makan, tidak ada yang akan marah. Namun untuk menghormati, mereka menunggu terlebih dahulu. Saya sangat suka melihat ada yang saling menghormati satu sama lain meski berbeda ras dan agama. Harmoni akan terasa ketika ada rasa saling menghargai,” tutupnya.
Banyak netizen memuji sikap pelanggan China itu. Mereka memberikan komentar bahwa meskipun ada ketegangan politik, masyarakat umum masih menghargai harmoni dan inklusivitas.
Seorang netizen berujar, “Hanya politisi yang membuat ketegangan antar ras… orang biasa sebenarnya baik-baik saja.”
![]() |
Komentar lain menceritakan pengalaman berbagi tempat duduk di kereta dengan penumpang orang China selama ramadan. Mereka menunggu waktu makan bersama dengan penumpang muslim saat buka puasa.
Secara umum, menunggu waktu buka puasa bersama lebih dari sekadar merayakan perbedaan agama dan merayakan keberagaman Malaysia.
Hal ini menunjukkan dedikasi bersama untuk menciptakan masyarakat inklusif di mana setiap orang, apa pun latar belakangnya, dapat bersatu secara harmonis selama ramadan dan seterusnya.
Seperti yang dikatakan oleh seorang netizen dengan bijak, “Itu hanya akal sehat. Adalah sopan untuk menunggu umat Islam berbuka puasa.”
(adr/odi)