Balaraja –
Lion Group memiliki training center dengan sepuluh pesawat simulator di dalamnya. Simulatornya disebut sangat mirip dengan pesawat asli dengan harga fantastis.
detikTravel dan beberapa media lain diundang menuju Lion Group Training Center (LGTC) yang berada di kawasan Lion Village Bandara Mas, Tangerang, Banten.
Training center yang didirikan sejak tahun 2015 ini memiliki 10 simulator pesawat yang nilai masing-masingnya disebut mencapai harga Rp 400 miliar. Terdapat 5 simulator tipe Boeing 737 NG, tiga simulator Airbus 320, dan simulator ATR seri 72 600 dan 500.
Lion Group Training Center, terdapat simulator pesawat bagi para pilot. (Weka Kanaka/detikcom)
|
Presiden Direktur Lion Air Group, Daniel Putut Kuncoro Adi, bahkan menyebut LGTC mempunyai fasilitas pelatihan dengan simulator seperti pesawat sungguhan yang digadang terbesar dan terbanyak se-Asia Tenggara.
Penasaran dengan itu, kami berkunjung ke area simulator dan masuk ke dalamnya. Terlihat deretan mesin berwarna putih yang memiliki desain aerodinamis dan modern. Ada mesin yang kosong tak dipakai, ada juga mesin yang tengah digunakan. Di mesin yang sedang dipakai, terlihat mesin tersebut bergerak naik turun atau bergeser-geser, yang mana ini memberikan sensasi layaknya sungguhan di dalam simulasi.
Di LGTC ini terdapat beberapa area simulator pesawat dan para awak media tersebar ke beberapa simulator yang berbeda. detikTravel berkesempatan masuk ke simulator tipe Airbus 320.
Di dalamnya, penumpang dibatasi hanya lima orang. Terdiri dari pilot dan co-pilot, operator, dan dua orang penumpang. Adapun operator di simulasi ini bertugas untuk mengubah-ubah pengaturan simulasi.
Simulator ini dibuat meniru dengan kondisi penerbangan asli seperti menghadapi cuaca ekstrem atau situasi darurat lainnya. Misalnya saat pengujian kami, pengaturan simulasi diatur menjadi kondisi penerbangan di cuaca badai petir dan dalam kondisi mesin pesawat yang mati satu.
Tampak dalam simulator pesawat terbang di Lion Group Training Center. (Weka Kanaka/detikcom_
|
Terlihat di dalam mesin simulasi terdapat banyak sekali tombol-tombol pengendali pesawat. Ada pula dua kursi untuk pilot dan co-pilot, namun ada satu tambahan kursi dan mesin operator. Pengaturan yang rumit tersebut dioperasikan oleh pilot dari Lion Group. Namun, perwakilan media juga diajak untuk duduk di kursi co-pilot dan merasakan sensasi mengendalikan pesawat ini.
Jika dibandingkan simulator pesawat yang pernah detikTravel singgahi di Museum Perhubungan TMII, di sini jauh lebih modern. Simulator ini digunakan untuk test bagi para calon pilot maupun pilot. Calon pilot dan pilot sungguhan!
Suasana pun dibuat begitu mirip dengan suara hingga getaran. Pada kondisi simulasi mesin pesawat yang mati satu, getaran dan turbulensi pun terasa. Dan, yang paling terasa adalah ketika pesawat dikendalikan oleh perwakilan media yang belum berpengalaman. Pesawat landing dengan cukup keras dan kami juga merasakan hentakan yang lumayan mengagetkan ketika landing.
Adapun untuk mengakses pelatihan ini biayanya tidak murah.
“Kalau orang lain make dia bayarnya USD 500 (sekitar Rp 7,8 juta) per jam dan mereka harus mengambil 4 jam, jadi USD 2000 (sekitar Rp 31 juta) per session,” kata Kapten Taufik Hidayat, saat ia berperan sebagai operator di mesin simulator.
Para peserta kekagetan itu pun terkejut dan spontan menyebut momen itu sebagai momen tiada banding. “Berarti ini menit-menit paling berharga di hidup saya,” salah satu peserta bergumam.
Adapun simulator ini tidak dirancang untuk exhibition permainan, melainkan untuk uji initial training yang dilakukan calon pilot ataupun pilot setiap enam bulan sekali. Dua kali pilot gagal lulus uji ini maka sanksinya tidak main-main; mereka dilarang mengudara sementara waktu.
Simak Video “Maskapai Penerbangan Internasional Terburuk 2023, Juaranya dari Indonesia“
[Gambas:Video 20detik]
(wkn/fem)