Jakarta –
Layanan internet berbasis satelit Starlink sudah resmi beroperasi di Indonesia. Mantan Staf Ahli Menkominfo Henry Subiakto menilai keberadaan satelit Elon Musk di atas Indonesia itu ada potensi bahayanya.
Menurutnya, Starlink yang memperluas layanannya hingga menyasar pelanggan ritel Indonesia, tak hanya akan merugikan operator telekomunikasi yang sudah ada, melainkan juga berisiko disalahgunakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Kegundahan Henry ini dicurahkan melalui akun pribadi miliknya di X @henrysubiakto. detikINET sudah mendapatkan izin untuk mengutipnya.
“Saya tidak setuju Starlink diizinkan beroperasi di Indonesia. Starlink tak hanya berpotensi membangkrutkan perusahaan nasional di bidang telekomunikasi dan internet service provider, seperti group Telkom, Indosat dan lain-lain,” kata Henry dikutip Senin (20/5/2024).
“Tapi Starlink juga bisa dimanfaatkan kekuatan separatisme seperti KKB/OPM dan lain-lain, untuk komunikasi mereka tanpa terdeteksi negara atau pemerintah Indonesia. Starlink berpotensi akan mengoyak NKRI,” sambungnya.
Maka dari itu, lanjut Henry, Starlink lebih banyak digunakan oleh negara-negara satelit atau pendukung Amerika Serikat. Sebab, Starlink memiliki perbedaan signifikan dibandingkan satelit biasa, seperti Palapa, Satria, Kacific, Telkom 1, dan satelit-satelit lain milik Eropa maupun AS di luar Starlink.
Henry menjelaskan Starlink yang merupakan satelit LEO yang memakai teknologi phased-array untuk antena memungkinkan satelit mengarahkan sinyal tanpa harus memindahkan satelit itu sendiri. Sistem ini dirancang untuk latensi rendah dan kecepatan tinggi.
“Alat penangkap sinyal satelit hanya menggunakan antena kecil dan alat seukuran laptop besar yang bisa dipindah-pindahkan,” kata Henry.
Sedang satelit GEO harus menggunakan antena besar yang tetap untuk komunikasi berkapasitas tinggi. Karena itu, kata Henry, satelit konvensional butuh mitra untuk mendistribusikan layanannya ke masyarakat. Biasanya, perusahaan operator seluler dan ISP yang menjadi mitranya.
“Beda dengan Starlink yang tidak butuh mitra. Mereka bisa melayani langsung ke publik tanpa pihak ketiga. Maka, masuknya Starlink bisa jadi awal kematian perusahaan-perusahaan nasional di bidang internet, seluler dan juga satelit,” ucap Henry.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menjanjikan menerapkan kesetaraan dan keadilan seiring masuknya Starlink ke industri telekomunikasi Indonesia.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menjanjikan akan melakukan pengawasan secara berkala terhadap pengoperasian Starlink. Ia pun mendesak Elon Musk agar Starlink buka kantor dan bayar pajak sesuai peraturan yang berlaku.
Penjualan layanan internet Starlink di Indonesia saat ini dilakukan melalui Starlink Service Indonesia. Menurut Budi, Starlink tetap perlu membangun kantor di Indonesia untuk menjamin perlindungan terhadap konsumen.
“Customer service itu penting. Misalnya kalau ada penipuan bagaimana? Ngaku jual Starlink, ternyata Starbuck keliling,” selorohnya. Starbuck keliling yang dimaksud Budi merujuk pada tukang kopi keliling yang menjamur di Jakarta.
Adapun, Starlink telah menggaet provider fixed broadband dengan menggandeng Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Keduanya telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada 22 April 2024.
“Dengan kerjasama ini, APJII berharap dapat memanfaatkan teknologi canggih ini untuk menyediakan akses internet yang lebih baik dan lebih andal bagi masyarakat Indonesia,” ungkap Ketua Umum APJII Muhammad Arif.
Simak Video “SpaceX Berhasil Luncurkan Satelit Starlink dari Roket Falcon 9“
[Gambas:Video 20detik]
(agt/fay)