Jakarta –
Jagung manis memiliki rasa manis renyah dan disukai banyak orang. Ternyata ada juga mitos mengonsumsinya, mulai dari tinggi lemak hingga gagalkan diet.
Konsumsi jagung manis disukai banyak orang karena rasanya yang manis. Biasanya direbus atau dibakar, dibuat sup atau tumisan. Juga enak dibuat puding hingga bubur manis.
Dilansir dari Eating Well (13/6), ada beberapa mitos terkait mengonsumsi jagung manis. Seperti jagung manis tinggi lemak hingga tinggi kandungan gula yang emngancam diet gagal.
Berikut 5 mitos soal konsumsi jagung manis yang masih diyakini banyak orang:
1. Tinggi Lemak
mitos mengonsumsi jagung manis Foto: Getty Images/iStockphoto
|
Beberapa orang mengira jagung mengandung banyak lemak. Padahal secara teknis jagung dianggap sebagai makanan rendah lemak, dengan kandungan lemak sekitar 1 gram per bonggol, menurut USDA.
Jadi, kini tak perlu ragu lagi untuk mengonsumsi jagung. Karena, kandungan lemaknya rendah dan bisa dijadikan menu diet yang enak.
Mitos jagung manis satu ini mungkin saja berlaku jika olahan jagung ditambahkan bahan-bahan berlemak. Seperti olesan mentega yang melimpah, keju dan beragam saus lainnya.
2. Bikin Berat Badan Naik
Mitos lainnya dari mengonsumsi jagung manis adalah bisa membuat berat badan naik. Hal ini dapat terjadi kalau olahan jagung itu memiliki jumlah kalori yang tinggi.
Jika hanya mengonsumsi jagung manis polos saja, tak akan berdampak pada kenaikan berat badan. Karena 1 buah jagung itu hanya memiliki sekitar 122 kalori, mirip seperti apel, menurut USDA.
Jagung manis juga mengandung serat hampir 3 gram yang bisa membuat kenyang lebih lama. Lalu ada pati resisten jagung, sejenis karbohidrat yang lambat dicerna yang terbukti membantu mengendalikan berat badan.
Simak Video “Laura Wiramihardja, Co-founder Iki Koue“
[Gambas:Video 20detik]