Jakarta –
Li Xin Teochew adalah gerai mee pok legendaris di Singapura sejak 1968. Topping andalannya bakso ikan handmade yang dibuat 2 kali sehari sehingga terjamin kesegarannya.
Mie chili oil di Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh hidangan mee pok khas Singapura yang juga dipengaruhi kuliner China. Paduan mie berbumbu chili oil dan topping bakso ikan ini belakangan banyak ditemui di pasaran.
Menelusuri sejarah mee pok di Singapura, salah satu penjualnya yang sangat terkenal, bahkan di kalangan turis Indonesia adalah Li Xin Teochew. Mee pok di sini sudah dijajakan sejak 1968.
Terdapat banyak cerita menarik soal sejarah Li Xin Teochew, kenikmatan menu, hingga status kehalalannya. Berikut detikfood merangkum 5 fakta mee pok legendaris di Singapura ini:
1. Dirintis Lim Lixin lebih dari 50 tahun lalu
Lim Lixin, pendiri Li Xin Teochew. Foto: Li Xin Teochew
|
Menelusuri informasi di situs resmi Li Xin Teochew, terungkap sosok pendirinya yang bernama Lim Lixin. Kini ia sudah memasuki usia lebih dari 75 tahun.
Sudah lebih dari 50 tahun Lixin menawarkan mee pok. “Saya dari Malaysia dan datang ke Singapura ketika usia 15-16 tahun. Kemudian saya bekerja sejak saat itu,” ungkapnya.
Ia menemukan ketertarikan dalam membuat mee pok. Semua teknik pembuatan mie chili oil ini ia pelajari secara otodidak dari bekerja untuk orang lain.
Awalnya Lixin menjajakan mee pok dengan gerobak dan berkeliling di jalan-jalan Singapura. Namun pada 1970, pemerintah Singapura melarang makanan dijajakan di jalanan. Akhirnya pihak pemerintah membuat hawker centre untuk menampung penjaja kaki lima.
Lixin pun menjadi salah satunya. Ia menempati Kim Keat Palm Food Centre di Toa Payoh sejak tahun 1990an. Sampai sekarang, gerai Li Xin Teochew ini masih berdiri, bersamaan dengan 13 gerai lain yang tersebar di Singapura.
2. Bakso ikan homemade dari ikan ekor kuning
Setiap hari bakso ikan di Li Xin Teochew dibuat 2 kali di dapur pusat mereka yang dibukak sejak 2012. Ikan yang dipakai selalu ikan ekor kuning karena terkenal dapat memberikan tekstur kenyal ideal.
“Setelah beli ikan fresh setiap hari, saya memotong kepalanya dan mengambil daging-daging dari tulangnya. Selanjutnya daging ikan dihaluskan,” ujar Lim Lixin.
Ia mengakui proses menggiling daging ikan sangat sulit dan melelahkan. Untuk membuat bakso ikan dengan ukuran presisi butuh sampai 2 orang. Lengan pun bisa sangat lelah karena mengoperasikan mesin penghalus ikan.
Selain bakso ikan, mereka juga memproduksi fishcakes dan pangsit ikan sendiri. Juga chili oil dan lard (lemak babi) yang menjadi bahan utama mee pok.
3. Kini dikelola generasi kedua
Eddie Lim (kanan) meneruskan usaha ayahnya. Foto: Li Xin Teochew
|
Di usia yang sudah lanjut, Lim Lixin senang karena anak laki-lakinya yang bernama Eddie Lim mau meneruskan usaha mee pok ini. Ia bersungguh-sungguh menjalankannya, termasuk ikut bantu jualan mee pok di Toa Payoh bersama ibunya.
“Jika (Eddie) tidak mau melanjutkan, maka tidak akan ada lagi bakso ikan enak di Singapura,” kata Lim Lixin. Sang anak pun sangat menyukai bakso ikan buatannya sendiri.
“Saya bisa makan mie bakso ikan beberapa hari berturut-turut, bukannya memuji buatan sendiri, tapi rasanya memang benar-benar enak,” kata Eddie.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.