Denpasar –
Traveler yang liburan ke Bali, sempatkan waktu berkunjung ke Rumah Penyu di Denpasar ini. Tenang saja, kamu membayar tiket seikhlasnya kok.
Sejak tahun 2023, Rumah Penyu di Denpasar, Bali, aktif memberikan edukasi seputar penyu bagi warga hingga wisatawan. Tak ada biaya yang dipatok, pengunjung cukup berdonasi seikhlasnya untuk bisa mendapatkan wisata edukasi di Rumah Penyu.
Total ada tiga jenis penyu yang berada di Rumah Penyu, yakni penyu hijau, penyu lekang, dan penyu sisik. Tak hanya penyu dewasa, tukik pun juga ada di Rumah Penyu.
“Sama sekali tidak (mencari profit). Jadi kami bersyukur sudah diberikan lahan oleh pemerintah karena kami butuh tempat yang betul-betul dekat dengan air laut,” kata Inisiator Rumah Penyu Sanur Kadek Suprapta Meranggi (46) saat ditemui di Jalan Kusuma Sari, Denpasar, Bali, Minggu (7/4/2024).
Rumah Penyu yang beralamat di Jalan Kusuma Sari, Denpasar (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)
|
Meskipun sifatnya donasi, pria yang akrab disapa Deck Sotto mengimbau pengunjung agar dapat mengikuti peraturan selama berada di Rumah Penyu. Salah satunya tidak menyentuh penyu secara langsung.
“Kami punya kotak donasi, silahkan kalau mau berdonasi. Kami tidak di-funding pemerintah. Kami beli listrik, menjalankan pompa, makanan (penyu) saya beli dari teman-teman nelayan untuk (mereka) cari ikan jenis tertentu dan cari rumput-rumput laut. Itu kami bayar dengan donasi,” sebutnya.
Deck Sotto mengungkapkan sebelum hadirnya Rumah Penyu sejak lima tahun lalu, dia bersama kelompok nelayan setempat aktif menyelamatkan tukik di sekitar Pantai Semawang, Denpasar. Keinginan untuk menyelamatkan tukik pun tercetus saat mereka melihat banyak burung kormoran di kawasan tersebut.
Menurutnya, burung ini menjadi salah satu pemangsa tukik dan hal itu pun telah sempat dia suarakan kepada pemerintah daerah. Deck Sotto kemudian berinisiatif bersama dengan kelompok nelayan untuk menyelamatkan, merawat tukik, dan penyu hingga nantinya dapat dilepaskan ke alam.
“Karena kami tidak punya uang kami gunakan ember (untuk menampung tukik), ganti airnya, kasih makan dan rawat. Rata-rata ada 100 tukik dan (dirawat) sampai tiga-empat bulan sehingga sizenya tiga-empat jari. (Dengan) Cangkangnya sudah kokoh dan ukurannya sudah tidak mungkin dimangsa oleh burung,” tuturnya.
Deck Sotto memandang dengan hadirnya Rumah Penyu, banyak siswa hingga mahasiswa di Indonesia bahkan dari Singapura bisa datang untuk mempelajari penyu. Menurutnya, untuk dapat menumbuhkan kepedulian dan kecintaan terhadap penyu adalah dengan berinteraksi langsung.
Selama ini pelajar yang berkunjung akan diajak untuk ikut memberi makan penyu. Bahkan berpartisipasi dalam membersihkan kolam.
“Ketika mereka nyentuh (penyu atau tukik) dengan tangan yang sudah bersih, saya bisa melihat something sparkling dari mata mereka dan itu akan memorable seumur hidup mereka, menambah awareness untuk mencintai lingkungan, dan mencintai laut ini melalui penyu,” imbuh Deck Sotto.
Adapun rata-rata jumlah kunjungan ke Rumah Penyu per hari sekitar 100-200 orang. Mereka tak hanya berasal dari Nusantara, namun juga dari berbagai negara. Untuk jam operasional Rumah Penyu mulai dari pukul 05.00-20.00 Wita.
Deck Sotto berharap melalui hadirnya Rumah Penyu ini dapat mewujudkan keinginannya untuk melihat kembali ekosistem penyu seperti saat 1980. Di mana saat bulan-bulan tertentu seperti bulan purnama, penyu-penyu dapat naik dan bertelur di pantai.
Untuk mewujudkan hal tersebut, dia pun mendorong agar pemerintah dapat lebih bijak dalam membuat sebuah keputusan terhadap pengembangan pantai sebagai obyek pariwisata.
Artikel ini telah tayang di detikbali
Simak Video “Lalin Denpasar-Gilimanuk Padat Merayap di Malam Arus Balik Lebaran“
[Gambas:Video 20detik]
(sym/sym)