
Jogja –
Jika biasanya momen Lebaran disambut dengan gembira, tahun ini berubah jadi muram. Hotel-hotel di Jogja mengeluhkan soal okupansi kamar yang masih lesu.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut okupansi hotel mengalami penurunan signifikan beberapa waktu terakhir. Jika kondisi tak membaik dalam 3 bulan ke depan, PHRI DIY menyebut langkah PHK kepada karyawan mungkin dilakukan.
Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono mencontohkan okupansi kamar hotel di periode libur Lebaran tahun ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun lalu.
“Reservasi tanggal 28 (Maret) sampai 1 (April) itu baru 20 persen. Kemudian tanggal 1 sampai 6 itu baru 40 persen. Ini belum bergerak sampai saat ini,” jelasnya saat dihubungi wartawan, Senin (24/3/2025).
“Ada penurunan, kalau tahun lalu 2024, H-5, H-7 itu sudah 40 sudah 70 (persen), periodenya sama, sekarang baru sekian,” sambung Deddy.
Padahal, menurut Deddy, hotel dan restoran berharap banyak pada momen libur Lebaran ini, setelah beberapa waktu okupansi tak juga membaik. Ia menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan lesunya okupansi hotel ini.
“(Faktornya) Larangan study tour, (kebijakan) efisiensi juga, secara global. Sekarang itu secara global. Turis asing juga nggak banyak ke Indo karena krisis ini. Dampaknya (efisiensi) dari Januari sampai sekarang,” papar Deddy.
PHK Karyawan Akan Dilakukan
Dengan kondisi buruk seperti ini, dijelaskan Deddy, pengusaha hotel dan restoran juga harus mengencangkan ikat pinggang untuk juga melakukan efisiensi. Salah satunya yakni dengan mengurangi jam kerja sebagian karyawan.
Meski begitu, ia menambahkan, jika kondisi perekonomian masih tidak ada peningkatan signifikan dalam tiga bulan ke depan, bukan tidak mungkin akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Pengurangan jam kerja itu memang masih kami lakukan di masa Lebaran. Tapi pengurangan jam itu kan bukan PHK, kalau peningkatan okupansi ya kita panggil lagi,” ungkap Deddy.
“Pengurangan jam itu nggak setiap hari dia masuk, melihat kebutuhan dari hotel maupun resto yang ada. Tapi kita tidak melakukan PHK, tapi ancaman kalau 3 bulan ke depan itu tidak ada perbaikan, alternatif PHK harus kami lakukan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Deddy menjelaskan hingga saat ini setidaknya ada 45 hotel dan restoran anggota PHRI yang melakukan pengurangan jam kerja karyawannya.
“Kemarin 2 minggu lalu kan 12 hotel, sekarang sudah meningkat lagi. Laporan yang sudah kami terima sekitar 45 hotel dan restoran yang ada di DIY,” urai Deddy.
“Itu laporan pengurangan secara resmi, kalau yang tidak resmi kan juga banyak. Kita nggak menyalahkan temen-temen, mereka tetap bertahan. Mereka dapat gaji itu kan dari tamu, kalau tamunya sepi kan kita nggak kuat,” pungkasnya.
——-
Artikel ini telah naik di detikJogja.
(wsw/wsw)