Jakarta –
World Travel & Tourism Council (WTTC) merilis laporan terbaru soal Pariwisata Tradisional. Menurut laporan tersebut, masa depan pariwisata tradisional cerah.
Laporan terbaru itu menyatakan proyeksi wisata tradisional akan menyumbang sekitar US$ 67 Miliar bagi perekonomian dunia di tahun 2034.
Dalam kegiatan KTT Global yang baru-baru ini diselenggarakan di Perth, Australia, organisasi pariwisata dunia itu menyebut pariwisata tradisional ke depan akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia. Khususnya di daerah-daerah terpencil dan kontribusinya yang vital bagi pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat.
Melansir The Economic Times, Selasa (17/12/2024) Presiden dan CEO WTTC, Julia Simpson, menyampaikan laporan ‘Supporting Global Indigenous’ jika pariwisata berbasis tradisional bukan sekadar menonjolkan tradisi saja. Namun juga mampu memberdayakan masyarakat juga menumbuhkan ekonomi lokal.
“Pariwisata adat bukan hanya tentang memamerkan tradisi budaya yang kaya, ini tentang memberdayakan masyarakat, menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan, dan memastikan bahwa masyarakat adat memegang kendali atas cerita dan masa depan ekonomi mereka sendiri,” ujar Julia.
“Laporan ini menunjukkan potensi besar pariwisata lokal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya di daerah terpencil, sembari melestarikan warisan budaya yang tak ternilai. Karena permintaan global akan pengalaman autentik terus meningkat, sangat penting bagi kita untuk mendukung masyarakat lokal dan memastikan mereka memiliki akses ke sumber daya dan pendanaan yang dibutuhkan untuk berkembang,” sambungnya.
Dalam laporan yang dirilis pada KTT Global WTTC ke-14 itu, pariwisata lokal memainkan perang besar dalam melestarikan warisan budaya, bahasa, dan praktek tradisional.
Pada kesempatan itu, WTTC juga meluncurkan ‘Together in Travel’ sebuah inisiatif unik bertujuan untuk memberikan dukungan dan sumber daya kepada usaha kecil dan menengah pada sektor perjalanan dan pariwisata dunia.
Platform tersebut dirancang untuk menyediakan UKM dengan alat dan sumber daya yang mereka butuhkan, tentunya agar mampu mempercepat pertumbuhan bisnis mereka dan memastikan suara mereka didengar dalam skala global.
Laporan lainnya yang dirilis WTTC, mencatatkan jika perjalanan bisnis tahun ini akan melampaui tingkat sebelum pandemic, lebih cepat dari yang diprediksikan sebelumnya hingga US$ 1,5 Triliun. Meningkatnya tren kerja jarak jauh selama pandemi berdampak yang kurang proporsional pada perjalanan perusahaan.
Dibandingkan dengan perjalanan rekreasi dengan platform virtual menggantikan pertemuan tatap muka. Firma intelijen perjalanan terkemuka dan mitra pengetahuan WTTC, ForwardKeys, mengatakan industri pariwisata global kembali bergairah pada tahun ini.
Terlihat dari kedatangan internasional naik sebesar 16% dibandingkan dengan angkat tahun 2023. Kebangkitan itu sebagian besar didorong oleh kawasan Asia Pasifik yang akhirnya mencapai target setelah pembukaan kembali usai pandemi.
Laporan terbaru dari WTTC mengungkapkan bahwa sektor perjalanan dan pariwisata di Oseania dapat menyuntikkan tambahan US$ 112 Miliar ke dalam ekonomi kawasan ini pada tahun 2034, sehingga total kontribusinya mencapai US$ 336 Miliar yang akan menjadi rekor baru.
Laporan berjudul ‘Unlocking Opportunities for Travel & Travel Growth in Oceania’ menjelaskan potensi transformatif sektor ini jika dilakukan investasi strategis. Dikatakan bahwa Oseania yang mencakup Australasia, Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia memiliki peluang untuk menjadi pemimpin global dalam perjalanan berkelanjutan.
WTTC juga mengumumkan Nguyen Thao Van dari Vin University di Vietnam sebagai pemenang pertama Investors’ Nest. Acara itu bekerja sama dengan Sustainable Hospitality Challenge yang memamerkan solusi inovatif dari mahasiswa-mahasiswa berbakat, menampilkan ide-ide generasi berikutnya yang dapat mengubah masa depan industri perhotelan.
Penelitian Lingkungan dan Sosial terbaru yang dirilis oleh WTTC yang bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata Arab Saudi menunjukkan bahwa pada tahun 2023, sektor perjalanan dan pariwisata menyumbang 6,7% dari total emisi global. Menurun dari 7,8% pada tahun 2019, saat sektor tersebut berada di puncaknya.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pertumbuhan kontribusi ekonomi sektor ini lebih cepat dibandingkan dengan dampak lingkungannya.
(upd/wsw)