Jakarta –
Pihak berwenang Korea Selatan telah menyerahkan laporan awal kecelakaan kepada badan penerbangan PBB dan pihak berwenang AS, Prancis dan Thailand.
Laporan itu menyebut bahwa penyelidikan terhadap kecelakaan pesawat paling mematikan di Korsel itu masih berlangsung. Investigasi difokuskan pada peran tabrakan burung dan melibatkan analisis mesin serta struktur panduan pendaratan tanggul atau ‘localizer’.
“Semua kegiatan investigasi ini bertujuan untuk menentukan penyebab kecelakaan yang akurat,” kata laporan itu, dikutip dari CNN pada Selasa (28/1).
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), badan PBB, mengharuskan penyelidik kecelakaan untuk membuat laporan awal dalam waktu 30 hari sejak kecelakaan dan mendorong laporan akhir untuk dipublikasikan dalam waktu 12 bulan.
Jet Boeing 737-800, dari Bangkok dan dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Muan, melewati landasan pacu saat melakukan pendaratan darurat dan menabrak struktur localizer, menewaskan semua kecuali dua dari 181 orang dan awak pesawat pada tanggal 29 Desember.
Localizer membantu navigasi pesawat yang melakukan pendekatan ke landasan pacu, dan struktur yang dibangun dari beton bertulang dan tanah di bandara Muan yang menopang antena sistem kemungkinan menjadi penyebab bencana, kata para ahli.
Laporan tersebut menyoroti banyak temuan awal oleh para penyelidik Korea Selatan yang dibagikan kepada keluarga korban pada hari Sabtu, termasuk pilot yang membahas sekawanan burung yang mereka lihat pada pendekatan terakhirnya.
Waktu pasti tabrakan burung yang dilaporkan oleh pilot masih belum dikonfirmasi, kata laporan kecelakaan, tetapi pesawat “membuat pernyataan darurat untuk tabrakan burung selama go-around.”
“Kedua mesin diperiksa, dan bulu serta noda darah burung ditemukan di masing-masing,” katanya.
“Setelah menabrak tanggul, terjadi kebakaran dan ledakan parsial. Kedua mesin terkubur di gundukan tanah tanggul, dan badan pesawat bagian depan terpencar hingga 30-200 meter dari tanggul,” katanya.
Laporan tersebut tidak menyebutkan apa yang menyebabkan kedua perekam data berhenti merekam secara bersamaan tepat sebelum pilot mengumumkan mayday. Pesawat berada pada ketinggian 498 kaki (152 meter) dan terbang dengan kecepatan 161 knot (298 km/jam atau 185 mph) pada saat kotak hitam berhenti merekam, katanya.
(bnl/fem)