Jakarta –
Kanker payudara menjadi penyumbang kasus kanker terbanyak pada wanita di Indonesia. Rendahnya skrining atau deteksi dini masih menjadi faktor di balik banyaknya kasus kanker payudara yang terlambat ditangani.
Rini Hoepoedio, pekerja di Yayasan Kanker Indonesia merupakan salah satu wanita Indonesia yang terkena kanker. Beruntung, dirinya kala itu mengetahui lesi kanker saat masih di stadium awal. Rini dinyatakan mengidap kanker di 2011 saat usianya masih 57 tahun.
Awalnya, Rini juga tidak menyadari adanya keanehan dan gejala yang mencurigakan, terlebih terkait kanker. Namun, di suatu hari, dirinya melakukan pemeriksaan mamografi karena program kantor. Hasilnya tidak seperti yang dibayangkan, petugas medis menemukan sel kanker di payudaranya dan dinyatakan harus segera diangkat.
“Pasti terkaget-kaget lah, saya sampai menangis tiap hari 2 minggu. Saya mikir takut dibius, takut nggak bangun lagi. Tiap lihat teman saya sehat, saya menangis,” terangnya saat ditemui detikcom Selasa (23/04/24).
Belum diketahui pasti apa pemicu Rini terkena kanker payudara, tetapi sebetulnya ia memiliki riwayat genetik kanker. Ayah Rini, Satoto Hoepoedio, yang menjadi salah satu pencetus Yayasan Kanker Indonesia ternyata terinspirasi oleh ibunya yang terkena penyakit kanker, sehingga ingin membantu orang-orang yang mengalami kondisi serupa, tetapi terkendala dalam pengobatan medis akibat biaya. Rini mengaku banyak anggota keluarga-nya termasuk kakaknya, juga terkena kanker.
Singkat cerita, Rini menjalani pengobatan kemoterapi selama 6 kali dan dilakukan setiap 3 minggu sekali, kemudian dirinya juga rutin mengonsumsi obat hormonal selama 5 tahun. Rini lagi-lagi terbilang beruntung lantaran kanker tersebut ditemukan sejak dini sehingga pengobatannya tidak terlalu rumit.
Rini menjalani pengobatan dengan penuh semangat. Kini dirinya dinyatakan sudah 13 tahun bersih dari kanker. Dirinya sempat mengenang masa-masa kemoterapi yang mengharuskan rambutnya juga dipangkas total. Namun, di momen tersebut, semangatnya malah tak pernah pudar.
“Untuk kebotakan saya nggak begitu mikirin udah biasa aja, saya malah bersyukur. Saya nggak bersedih rambut botak, justru saya lebih bagus pake wig dan bisa pakai silikon, itu rezeki saya bisa dapat pengetahuan,” tuturnya.
Kini Rini kerap membantu pasien kanker seperti halnya mengantar berobat dan memberi support. Ia memotivasi para pasien agar bisa sembuh seperti dirinya. Rini juga lebih menjaga pola makannya dengan tidak lagi mengkonsumsi gula, minuman kaleng, dan mi instan.
Simak Video “Rencana Pengembangan Produk Ekstrak Kedelai untuk Cegah Kanker Payudara“
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)