Kulon Progo –
Sebuah pohon angsana raksasa di Kulon Progo dipercaya warga sebagai jelmaan tongkat Sunan Kalijaga. Bagaimana kisahnya?
Pohon angsana yang juga punya nama lain Sonokembang ini bisa dijumpai traveler di Dusun Semaken 1, Kalurahan Banjararum, Kapanewon Kalibawang, Kulon Progo.
Lokasi persisnya berada di dalam area pemakaman umum yang terletak tepat di belakang masjid peninggalan Sunan Kalijaga, yakni Masjid Jami’ Sunan Kalijaga Kedondong atau biasa disebut Masjid Kedondong.
Wujud pohon angsana ini terlihat mencolok jika dibandingkan dengan tumbuhan lain yang ada di area pemakaman itu. Selain karena menjadi satu-satunya pohon angsana yang tumbuh di sana, ukuran pohon yang raksasa juga jadi alasannya.
Ketinggian pohon ini nyaris seukuran menara sutet dan lebar batangnya mencapai lebih dari 1,5 meter. Sementara daunnya tumbuh rimbun hingga hampir menutupi sekujur pohon. Namun sayang, belum ada penelitian tentang berapa usia pohon ini.
Pohon raksasa ini mempunyai cerita tak biasa. Sebab, tanaman itu diyakini merupakan peninggalan Wali Songo, tepatnya berasal dari tongkat yang ditancapkan oleh Raden Said atau dikenal sebagai Sunan Kalijaga.
Imam Masjid Kedondong, Solihudin bercerita, kisah pohon angsana ini bermula ketika Sunan Kalijaga bersama muridnya, Adipati Teroeng atau Panembahan Bodho, sedang dalam perjalanan menuju wilayah Demak, Jawa Tengah.
Di tengah perjalanan, Sunan Kalijaga mengajak Adipati Teroeng untuk rehat. Lokasi peristirahatan berada di tepi Sungai Tinalah, Semaken.
Saat sedang rehat, Sunan Kalijaga berpikiran untuk membangun sebuah masjid. Ide ini muncul karena dia ingin agar agama Islam bisa lebih dikenal masyarakat.
“Sewaktu beristirahat di dekat Sungai Tinalah ini, kemudian Sunan Kalijaga berinisiatif membangun suatu tempat ibadah agar bisa digunakan warga desa, sehingga Sunan Kalijaga memerintahkan Adipati Teroeng untuk membangun masjid,” ujar Solihin saat ditemui di lokasi, Selasa (19/3).
Pohon Angsana yang tumbuh di sekitar Masjid Jami’ Sunan Kalijaga Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja
|
Sunan Kalijaga lalu menancapkan sebuah kayu sebagai patok awal lokasi masjid yang akan dibangun oleh Adipati Teroeng. Selanjutnya Sunan Kalijaga meninggalkan muridnya untuk melanjutkan perjalanan menuju Demak.
“Kemudian Sunan Kalijaga melanjutkan perjalanan ke Demak. Namun, sebelum berangkat itu Sunan Kalijaga memberi tanda berupa tongkat yang jadi patokan lokasi berdirinya masjid,” ujarnya.
Karena dapat mandat dari gurunya, maka Adipati Teroeng lantas memulai proses pembangunan masjid. Namun sebelum itu Adipati Teroeng mengecek dulu apakah lokasinya sudah pas.
Setelah diteliti ternyata patok lokasi yang dipilih Sunan Kalijaga terlalu dekat dengan sungai. Menurut Adipati Teroeng, lokasi ini dinilai tidak aman karena berpotensi abrasi sehingga titiknya digeser menjauhi sungai.
“Jika tetap dibangun sesuai patok, ada potensi lokasi terkikis aliran sungai. Sehingga Adipati Teroeng berinisiatif menggeser titik lokasi agak ke timur sejauh 100 meter dari titik awal tadi,” terang Solihudin.
Masjid Ini Sudah Ada Sejak Abad 15
Singkat cerita Masjid Kedondong akhirnya berdiri. Dalam catatan sejarah, masjid ini sudah ada sejak abad 15 atau tepatnya tahun 1477 Masehi.
Bersamaan dengan perkembangan Masjid Kedondong, muncul sebuah pohon angsana yang tumbuh di sisi barat atau belakang masjid. Pohon ini berdiri di sekitar patok awal tempat di mana masjid Kedondong seharusnya didirikan.
Oleh karena itu, warga meyakini jika pohon angsana tersebut merupakan tongkat kayu milik Sunan Kalijaga. Keyakinan warga kian menguat setelah mengetahui hanya ada satu pohon angsana di lokasi itu.
“Jadi kemudian tongkat yang ditancapkan Sunan Kalijaga, ternyata tumbuh jadi pohon angsana. Anehnya pohon ini tidak bisa berkembang biak, di sini cuma ada satu pohon tersebut yang letaknya ada di belakang masjid,” pungkas Solihudin.
——
Artikel ini telah naik di detikJogja.
Simak Video “Momen Sunan Kalijaga Marah ke Pihak Sekolah Terkait Perundungan Anaknya“
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)