Jakarta –
Seniman patung asal Bali mencatatkan prestasi gemilang di dalam ajang Harbin International Snow Sculpture Competition 2025. Kelompok seniman yang tergabung dalam Himpunan Seniman Pecatu (HSP) dan Bali Talent Artis (BTA) itu menyabet gelar ‘Commemorative Prize’.
Harbin International Snow Sculpture Competition adalah kompetisi patung salju bergengsi yang berlangsung di Harbin, China, pada 6-9 Januari 2025. Kelompok seniman asal Bali yang dipimpin I Nyoman Sungada itu harus bersaing dengan 26 tim seniman dari berbagai negara.
“Astungkara, kami berhasil bekerja dengan maksimal,” kata Sungada seperti dikutip dari detikBali, Jumat (17/1/2025).
Sungada menjelaskan patung salju yang mereka kerjakan saat kompetisi itu mengangkat tema Tri Guna. Menurut filosofi Hindu Bali, Tri Guna adalah tiga sifat alami yang mempengaruhi pikiran manusia, yakni sattwam (kebaikan, kebijaksanaan), rajas (nafsu, ambisius), dan tamas (malas, pasif).
Konsep tersebut mereka aplikasikan ke dalam wujud patung dengan tiga wajah berbeda. Misalkan, patung berwajah sattwam dibuat menyerupai wajah yang tenang, tulus, dan bijaksana.
Demikian pula patung berwajah rajas yang menonjolkan ekspresi agresif dan ambisius. Kemudian, patung tamas yang menonjolkan wajah pemalas. Patung tersebut dibuat dengan sentuhan atau gaya patung khas Bali.
Patung Tri Guna karya seniman asal Bali dalam ajang Harbin International Snow Sculpture Competition 2025 di China. (Istimewa)
|
Patung Tri Guna karya seniman asal Bali dalam ajang Harbin International Snow Sculpture Competition 2025 di China. (Foto: Istimewa)
Patung setinggi 4 meter itu dibuat menggunakan balok salju dengan diameter 3×3 meter dan dikerjakan di Harbin selama 3,5 hari. Sungada dan kawan-kawan harus berjuang menyelesaikan karya patung itu sembari menahan dingin pada suhu -26 derajat Celsius.
“Kondisi cuaca sangat dingin, beberapa tim kami belum terbiasa. Tapi, syukur hasilnya memuaskan,” kata Sungada.
Sungada tak sendiri berangkat ke China untuk mengikuti kompetisi internasional itu. Ia juga didampingi seniman Bali lainnya, yakni I Wayan Mardina, Gede Agus Kurniawan, dan I Ketut Suaryana.
Sebelum berangkat ke China, Sungada dan kawan-kawan sudah melakukan persiapan selama 2,5 bulan di Bali. Upaya mencari sponsor agar bisa berangkat ke Negeri Tirai Bambu gagal.
Hingga pertengahan November 2024, mereka belum bisa mengumpulkan dana yang cukup untuk mengikuti kompetisi patung salju bergengsi itu. Mereka pun memutuskan memutuskan untuk menggunakan dana pribadi. Tim yang semula sudah terbentuk, terpaksa harus dirombak.
“Karena keterbatasan dana, kami putuskan mencari tim yang siap dengan dana pribadi. Ya kami berangkat dengan semangat besar, walaupun mengeluarkan kocek sendiri,” kata pria asal Desa Pecatu, Kuta Selatan, itu.
Sungada bersama Himpunan Seniman Pecatu sudah mengikuti kompetisi patung salju itu sebanyak delapan kali. Lima di antaranya berlangsung di Sapporo dan Nayoro, Jepang. Dari sekian lomba tingkat dunia yang diikuti, mereka meraih empat kali peringkat ketiga, best skills, best creative, special prize, dan terfavorit para pematung.
Sungada berharap pemerintah maupun pihak swasta bisa memberi dukungan untuk para seniman Bali agar bisa tampil di ajang internasional. “Dukungan yang lebih besar, akan sangat membantu kami untuk keberlanjutan seni budaya di kancah dunia,” ujar dia.
(fem/fem)