Jakarta –
Nelayan yang tergabung Jaringan Rakyat Pantura (JRP) mengklaim sebagai pihak yang membangun pagar sepanjang 30,16 km di perairan Kabupaten Tangerang. Koordinator JRP, Sandi Martapraja pun menjelaskan sumber dana dari pembangunan pagar laut yang membentang di 16 desa tersebut.
Sandi mengatakan sumber dananya berasal dari swadaya masyarakat. Dia bilang masyarakat berpatungan untuk membangun pagar laut tersebut.
“Iya (dari masyarakat setempat), patungan lah gitu kali. Ya memang kalau 30 km masyarakat (yang bangun), di dalam kepala kita, masyarakat mana mampu? Tapi coba deh, kalau kemudian itu, saatnya dibangun dengan saling bergotong royong gitu kan, patungan dan segala macam,” kata Sandi kepada detikcom, Jakarta, Senin (13/1/2025).
Sandi menjelaskan masyarakat di sebuah desa menginisiasi terlebih dahulu. Baru kemudian masyarakat di desa lain mengikuti.
Dia pun tidak bisa memastikan besaran dana setiap desa yang dikeluarkan. Untuk itu, Sandi belum bisa memperkirakan besaran dana untuk membangun pagar laut tersebut.
“Mungkin tadinya satu kelompok di sebuah desa gitu. Nah masyarakat yang lain ketrigger mungkin untuk membangun objek serupa gitu. Biasanya nggak dipatok-patok (besaran dana) gitu,” jelas Sandi.
Dia menerangkan pembangunan itu tidak hanya melibatkan nelayan di setiap desa. Namun, juga masyarakat setempat.
“Yang terlibat dalam pembangunan pagar ya mungkin nelayan di setiap desa, ya. Ya bukan juga nelayan sih, ada juga masyarakat setempat,” terang Sandi.
Sebelumnya, Koordinator JRP, Sandi Martapraja mengatakan pagar laut yang sedang ramai menjadi topik merupakan tanggul laut yang dibangun oleh masyarakat setempat secara swadaya.
“Pagar laut yang membentang di pesisir utara Kabupaten Tangerang ini sengaja dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Ini dilakukan untuk mencegah abrasi,” kata Sandi dikutip dari Antara, Senin (13/1).
(acd/acd)