
Jakarta –
Seperti remaja badung pada umumnya, Bill Gates mengaku pernah menyelinap dari rumah jam sampai dua pagi. Bedanya, dia melakukannya untuk menulis code komputer. Hmm, baik.
Ditulis CNBC, alasan Gates kabur adalah tidak ad yang memiliki komputer besar dan mahal di rumah mereka saat itu. Selain itu, ia ingin menghabiskan lebih banyak waktu untuk memahami teknologinya.
Orang tuanya terlalu sibuk dengan karier mereka sendiri. Diketahui bahwa ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya adalah seorang aktivis sipil. Alhasil itu membuatnya tidak pernah ketahuan tiap pergi diam-diam dari rumah.
Gates beruntung mendapatkan kesepakatan dengan perusahaan lokal di daerah Seattle yang memberinya waktu komputer tanpa batas, dan menghabiskan sekitar empat bulan dengan fokus penuh pada penulisan kode perangkat lunak, menurut memoar barunya ‘Source Code’. Pengalaman itu sangat berharga bagi perkembangannya sebagai pembuat kode yang terampil.
“Kami masih anak-anak … tidak seorang pun dari kami memiliki pengalaman komputer yang sesungguhnya. Tanpa keberuntungan berupa waktu luang di depan komputer itu – sebut saja 500 jam pertama saya – 9.500 jam berikutnya mungkin tidak akan pernah terjadi sama sekali,” tulis Gates.
Seiring Gates menjadi lebih ahli dalam membuat kode, ia mulai memikirkan kemungkinan penerapan keterampilan barunya di dunia nyata. Dia mulai coding untuk perangkat lunak pada komputer pribadi, Microsoft. Kata Gates, ini adalah sebuah pencerahan yang mungkin tidak pernah ia alami, jika ia tetap berada di kamar tidurnya setiap malam.
“Mengapa saya membuang-buang waktu di sini ketika saya bisa berada di depan komputer?” pikir Gates.
Dalam buku tersebut, laki-laki kelahiran 28 Oktober 1955 itu menulis tentang beberapa kebebasan yang diberikan oleh orang tuanya yang berpikiran terbuka. Mereka mengizinkannya menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca dan berpikir di kamarnya, serta membiarkannya melakukan pendakian selama seminggu di pegunungan sekitar Seattle tanpa pengawasan orang dewasa.
Pada usia 13 tahun, ia mulai rutin naik bus lintas kota selama 20 menit ke kantor untuk mengerjakan kode perangkat lunak larut malam. Semua tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Sebuah perusahaan lokal, Computer Center Corp., telah menugaskan Gates dan teman-temannya di klub komputer di Lakeside School Seattle, termasuk calon pendiri Microsoft Paul Allen, untuk mengidentifikasi bug dalam kode pemrogramannya. Perusahaan memberi mereka waktu tak terbatas untuk menulis dan menguji kode mereka sendiri. Sebagai gantinya, mereka mendapat akses perangkat di luar jam kerjanya.
“Tidak seorang pun tampak heran mengapa seorang anak keluar sendirian pada jam itu,” tulis Gates.
Ia terkadang berjalan kaki 45 menit pulang jika ia ketinggalan bus terakhir malam itu pukul 2 pagi. Dia pun menulis ulang kode di kepalanya. Mengabaikan para mahasiswa yang baru keluar dari bar atau kedai kopi.
Sampai suatu hari, orang tuanya akhirnya mengetahuinya. “Mereka berkata ‘Hei, ayolah, kamu harus tidur. Kamu tidak seharusnya melakukan hal-hal itu’,” kisahnya.
Bicara soal ketiga anaknya sendiri, yang sekarang sudah dewasa, Gates mengatakan dia ingin berpikir bahwa dia akan tahu jika mereka keluar diam-diam di tengah malam. Itu juga sesuatu yang tidak akan pernah dia setujui sebagai seorang ayah.
“Saya jelas merupakan orang tua yang lebih jeli, dengan bantuan besar darinya (mantan istri Gates, Melinda French — red),” katanya.
“(Anak-anak) semuanya tumbuh dengan sangat baik. Jadi, saya kira, ada banyak jalan menuju kesuksesan,” simpul sang filantropi.
(ask/rns)